Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengultimatum Qatar agar mengusir atau mengadili pimpinan Hamas, jika tidak Israel mengancam akan bertindak sendiri. (AFP)

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan peringatan keras kepada Qatar dan negara-negara lain yang dituding melindungi pemimpin Hamas. Dalam konferensi pers, Rabu (10/9), Netanyahu menegaskan mereka harus segera mengusir atau mengadili pimpinan Hamas, jika tidak Israel akan bertindak sendiri.

“Usir mereka atau adili mereka. Karena jika tidak, kami yang akan melakukannya,” kata Netanyahu. 

Ia juga menuduh Qatar bukan hanya menampung, tetapi juga mendanai Hamas. Netanyahu bahkan menyamakan Doha dengan organisasi internasional yang dituding pro-Hamas, termasuk UNRWA dan Palang Merah.

Pernyataan ini muncul sehari setelah serangan udara Israel menghantam ibu kota Qatar, Doha, yang disebut menargetkan sejumlah petinggi Hamas. Pemerintah Qatar mengecam serangan tersebut, menyebut Israel telah melanggar kedaulatan negaranya.

Dalam tanggapan resmi, Kementerian Luar Negeri Qatar menyebut komentar Netanyahu “provokatif dan sembrono”. Doha menegaskan keberadaan kantor politik Hamas di ibu kota mereka sudah lama diketahui komunitas internasional dan berfungsi sebagai bagian dari upaya mediasi konflik Gaza.

“Pernyataan Perdana Menteri Israel sama sekali tidak bertanggung jawab dan bertujuan mengalihkan perhatian dari krisis internal yang ia hadapi, serta dari pemboman dan pembantaian terus-menerus yang dilakukan pasukan Israel terhadap warga sipil tak berdosa, termasuk perempuan dan anak-anak, serta penyerangan terhadap rumah sakit, sekolah, dan tempat perlindungan. … Pernyataan ini adalah upaya baru untuk menghalangi dan merusak upaya mediasi yang dipimpin Qatar bersama Mesir dan Amerika Serikat. Qatar mengecam pernyataan Perdana Menteri Israel yang tidak bertanggung jawab karena berusaha merusak proses mediasi, memperpanjang perang, dan siklus kekerasan. Qatar menegaskan kembali komitmennya pada peran mediasi serta upaya menghentikan perang, membebaskan sandera, dan melindungi kawasan dari meluasnya konflik,” bunyi pernyataan resmi pemerintah Qatar.

Qatar juga menuding Netanyahu berusaha mengalihkan perhatian dari krisis politik dalam negerinya serta dari serangan Israel di Gaza yang menargetkan warga sipil, rumah sakit, hingga sekolah. 

Doha menegaskan pihaknya tetap berkomitmen menjalankan peran mediator untuk menghentikan perang, membebaskan sandera, dan mencegah meluasnya konflik di kawasan.

Amerika Serikat, yang memiliki pangkalan militer terbesar di Timur Tengah di Qatar, diperkirakan akan mencermati situasi ini dengan hati-hati. Washington sebelumnya berulang kali memuji Doha atas peran mediasi dalam negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza.

Sejumlah pihak internasional juga menilai pernyataan Netanyahu dapat memperburuk eskalasi konflik serta melanggar prinsip kedaulatan negara sebagaimana diatur hukum internasional. 

Israel membela tindakannya dengan menyamakan operasi ke Doha dengan misi militer AS untuk membunuh Osama bin Laden di Pakistan pasca serangan 11 September 2001.

Namun, Qatar menegaskan tuduhan Israel tidak berdasar dan justru mengancam proses negosiasi yang sedang berlangsung. Negara itu memperingatkan ancaman semacam ini berisiko besar menghambat pembebasan sandera dan memperpanjang konflik di Gaza.