![]() |
| Maskapai penerbangan Hong Kong menanggung kerugian besar setelah Topan Ragasa memaksa pembatalan ratusan penerbangan dan pemindahan armada ke luar negeri. (REUTERS) |
Topan Ragasa, siklon tropis terkuat di dunia tahun ini, memaksa bandara internasional Hong Kong menutup seluruh layanan penerbangan selama 36 jam sejak Selasa (23/9) malam. Lebih dari 500 penerbangan dibatalkan dan mayoritas armada maskapai besar terpaksa diterbangkan ke luar negeri untuk menghindari kerugian dan kerusakan.
Cathay Pacific Airways, maskapai terbesar Hong Kong, mengonfirmasi pembatalan penerbangan regional dan jarak jauh dalam skala besar.
“Kami memposisikan sejumlah pesawat di luar Hong Kong dan akan melakukan pemulihan jadwal secara bertahap mulai Kamis hingga Jumat,” kata pihak Cathay dalam pernyataan resmi, menambahkan bahwa dampak topan terhadap operasional akan “sangat signifikan.”
Data pelacakan Flightradar24 mencatat sekitar 80 persen armada dari empat maskapai utama Hong Kong telah dipindahkan atau ditahan di luar negeri sebelum badai mencapai puncak.
Cathay menerbangkan sedikitnya 14 pesawat ke Bandara Phnom Penh, Kamboja. Greater Bay Airlines, yang mengoperasikan tujuh pesawat Boeing 737, mengirim seluruh armadanya ke Jepang dan China daratan.
Hong Kong Airlines memindahkan hampir semua dari 28 pesawatnya, sementara HK Express anak usaha Cathay masih menahan sebagian armada di Hong Kong.
Otoritas Bandara Hong Kong (HKIA) menegaskan penutupan dilakukan demi keselamatan penerbangan dan fasilitas.
“Keputusan ini diambil untuk memastikan keamanan penumpang dan kru ketika angin mencapai level paling berbahaya,” ujar juru bicara HKIA seperti dikutip Reuters.
Bandara ini dikenal sebagai hub kargo tersibuk di dunia sekaligus peringkat kesembilan untuk lalu lintas penumpang internasional.
Observatorium Hong Kong sebelumnya mengeluarkan peringatan topan sinyal No. 10, level tertinggi dalam sistem peringatan kota, saat Ragasa mendekat pada Selasa malam. Badai ini membawa hembusan angin lebih dari 170 km per jam dan gelombang setinggi tiga meter di beberapa wilayah pesisir, menurut laporan South China Morning Post.
Ragasa melanjutkan pergerakan ke utara menuju pesisir Guangdong, China, setelah melanda Taiwan dan Filipina lebih dulu. Di Guangdong, otoritas setempat mengevakuasi lebih dari 1,9 juta penduduk sebelum badai mendarat.
Media pemerintah China melaporkan kecepatan angin sempat menembus 240 km per jam di kota Jiangmen, menjadi salah satu rekor tertinggi kawasan tersebut.
Penutupan bandara dimulai Selasa malam pukul 22.00 waktu setempat ketika kecepatan angin mendekati puncak. Peringatan No. 10 bertahan sepanjang Rabu pagi sebelum diturunkan ke No. 8 pada siang hari, dan akhirnya ke No. 3 pada Kamis dini hari. Penerbangan baru dijadwalkan kembali secara bertahap mulai Kamis siang hingga Jumat.
Di Hong Kong sendiri, pemerintah kota melaporkan lebih dari 100 orang terluka akibat banjir, pohon tumbang, dan puing beterbangan. Listrik di beberapa distrik sempat padam, sementara tim darurat membersihkan ribuan pohon yang menutup jalan utama.
Ragasa sebelumnya menimbulkan banjir dan tanah longsor di Filipina utara, disusul 14 korban tewas dan puluhan hilang di Taiwan menurut data The Guardian. Pemerintah China menyiagakan dana darurat dan menutup sekolah, bisnis, serta transportasi di lebih dari 10 kota pesisir sebagai langkah pencegahan.
Dengan operasi kargo global yang terhenti, analis penerbangan memperkirakan gangguan rantai pasokan internasional selama beberapa hari.
Pihak Cathay menyatakan fokus pemulihan akan mengutamakan penerbangan jarak jauh yang membawa kargo penting ke Eropa, Amerika Utara, dan Australia, setelah kondisi cuaca dinyatakan aman oleh otoritas bandara.

0Komentar