![]() |
| Lonjakan senjata anti-satelit memicu kekhawatiran global. Pejabat militer Barat memperingatkan orbit Bumi kini jadi domain pertempuran, dengan ancaman meningkat dari Rusia dan China. (Shutterstock) |
Pejabat militer tertinggi di bidang antariksa memperingatkan meningkatnya aktivitas bermusuhan di luar angkasa, terutama oleh Rusia, yang dinilai telah mengubah orbit Bumi menjadi domain peperangan aktif. Isu ini mencuat dalam pertemuan pejabat pertahanan luar angkasa Barat di Paris pekan ini.
Mayor Jenderal Vincent Chusseau, komandan Komando Antariksa Prancis yang baru dilantik pada Agustus 2025, menyebut eskalasi terjadi sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.
"Luar angkasa kini merupakan domain operasional sepenuhnya," ujarnya kepada Reuters, menekankan bahwa berbagai kapabilitas peperangan kini telah diterapkan secara nyata.
Kekhawatiran serupa diungkapkan Brigadir Jenderal Christopher Horner, komandan Divisi Luar Angkasa Kanada ke-3. Ia menyebut lebih dari 200 senjata anti-satelit kini mengorbit Bumi.
"Itu adalah angka yang mencengangkan," katanya, seperti dikutip Defense News.
Senjata tersebut berpotensi mengganggu komunikasi, sistem observasi Bumi, hingga kesadaran situasional di luar angkasa.
Menurut laporan Reuters, Rusia telah memperluas taktik dengan pengacauan sinyal, sistem laser, serangan siber, hingga penggunaan satelit yang mampu melakukan operasi kedekatan.
Chusseau menyebut satelit Rusia dapat melepaskan “boneka Rusia” kecil yang dirancang untuk menonaktifkan target orbit. Dari London, Mayor Jenderal Paul Tedman, kepala UK Space Command, menyoroti dimensi ekonomi.
"Ketergantungan ekonomi dan militer pada luar angkasa semakin terancam," ucapnya dalam pidato yang dikutip gov.uk.
Menurutnya, kemampuan mendeteksi sistem kontra-luar angkasa yang terbatas menimbulkan risiko kritis terhadap keamanan nasional dan stabilitas ekonomi.
Jerman juga menyatakan sikap tegas. Mayor Jenderal Michael Traut, komandan Komando Luar Angkasa Jerman, mengatakan negaranya berkomitmen memperkuat kemampuan pertahanan orbit.
"Kami sangat bertekad untuk segera meningkatkan kemampuan kami dan melindungi sistem nasional kami," ujarnya kepada Reuters.
Jerman merencanakan peluncuran konstelasi satelit multi-orbit dengan tahap awal selesai pada 2029.
Sebagai investor ruang angkasa terbesar di Eropa, Prancis memperkuat ketahanan satelit orbit rendah yang bersaing dengan jaringan komersial seperti Starlink milik SpaceX. Negara itu baru-baru ini meningkatkan investasi di Eutelsat, operator berbasis Paris yang mengelola jaringan OneWeb.
Chusseau menegaskan Prancis tidak hanya akan mengamati, tetapi juga siap bertindak. Ia menyebut pengembangan satelit demonstrator untuk patroli orbital dan kemampuan permukaan-ke-luar angkasa yang bisa "menyangkal, melarang, dan mengganggu" lawan.
Selain Rusia, China juga menjadi sorotan. Defense News melaporkan, China menggelontorkan US$9,3 miliar untuk pertahanan luar angkasa pada 2024, menjadikannya yang terbesar kedua setelah Amerika Serikat dengan US$53,1 miliar.
Brigadir Jenderal Jürgen Schrödl dari Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan, "Kita harus menerima bahwa ruang angkasa adalah domain yang diperebutkan, adalah domain pertempuran," dalam pernyataan yang dikutip International Business Times.

0Komentar