Korea Utara menguji drone baru yang disebut didukung teknologi Rusia. Kim Jong Un menegaskan pengembangan AI dan kendaraan udara tak berawak sebagai prioritas utama modernisasi militer. (Tangkapan Layar Youtube KBS News)

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menegaskan bahwa pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan sistem drone menjadi “prioritas utama” dalam upaya modernisasi angkatan bersenjata negaranya. Pernyataan ini disampaikan setelah ia memimpin uji coba pesawat udara tak berawak (UAV) terbaru di Kompleks Teknologi Aeronautika Tanpa Awak, Kamis (18/9), menurut laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada Jumat.

Dalam kunjungan tersebut, Kim menyaksikan demonstrasi drone pengintai strategis dan taktis, termasuk drone serang bunuh diri seri Kumsong yang menghantam target tiruan. 

Foto-foto yang dirilis media pemerintah memperlihatkan Kim berdiri di samping pesawat besar yang menyerupai RQ-4 Global Hawk buatan Northrop Grumman, milik militer Amerika Serikat. KCNA menyebut Kim “sangat puas” dengan hasil uji coba tersebut.

“Pengembangan kemampuan kecerdasan buatan dan peningkatan efektivitas operasional senjata tanpa awak harus menjadi prioritas utama dalam memodernisasi angkatan bersenjata,” kata Kim, seperti dikutip KCNA. 

Ia juga menyerukan percepatan produksi massal sistem drone, termasuk penguatan riset teknologi AI yang baru diperkenalkan di Korea Utara.

Menurut Kementerian Unifikasi Korea Selatan, Kim telah mengunjungi fasilitas terkait drone sebanyak empat kali sepanjang tahun ini, menandakan fokus berkelanjutan rezim Pyongyang pada kendaraan udara tak berawak. 

Sejak awal 2025, Korea Utara beberapa kali mengumumkan keberhasilan uji coba drone bunuh diri dan pengintaian, dengan klaim perangkat itu mampu melacak target strategis di darat maupun laut.

Media pemerintah juga merilis gambar pesawat besar dengan kubah radar yang diduga sebagai pesawat peringatan dini dan kontrol udara (AEW&C). Jika benar berfungsi, pesawat itu bisa meningkatkan kemampuan deteksi radar Korea Utara di medan berbukit.

Uji coba terbaru ini berlangsung di tengah laporan meningkatnya kerja sama militer Pyongyang dengan Moskow. Kepala intelijen Ukraina, Kyrylo Budanov, pada Juni lalu menyebut Rusia telah membagikan teknologi produksi drone Shahed kepada Korea Utara. 

“Hal ini berpotensi mengubah keseimbangan militer di kawasan antara Korea Utara dan Korea Selatan,” ujar Budanov kala itu.

Reuters melaporkan pasukan Korea Utara yang dikerahkan ke wilayah Kursk, Rusia, telah memperoleh pengalaman tempur dengan penggunaan drone di medan perang Ukraina. 

Mereka kemudian kembali ke negaranya dengan membawa keahlian produksi berbiaya rendah dan taktik operasi kawanan.

Sejumlah analis menilai, meski secara visual mirip dengan sistem canggih milik Amerika, kemampuan drone Korea Utara masih jauh tertinggal. 

Yang Uk, peneliti di Institut Studi Kebijakan Asan Seoul, mengatakan kepada Stars and Stripes, “Jika mereka benar-benar mencapai terobosan signifikan dalam AI, Pyongyang pasti sudah mengumumkannya besar-besaran di media pemerintah.”

Sementara itu, militer Korea Selatan menyatakan terus memantau program drone Korea Utara yang berkembang pesat. 

Para analis menilai semenanjung Korea kini memasuki fase baru persaingan teknologi tak berawak, terutama jelang peringatan 80 tahun Partai Buruh pada 10 Oktober yang diperkirakan akan menampilkan unjuk kekuatan militer.