Pada tahun 1952, Universitas Gadjah Mada (UGM) menerjunkan 16 mahasiswa menjadi tenaga pengajar di berbagai daerah di luar Pulau Jawa. Langkah ini merupakan bagian dari program yang dikenal sebagai Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM), sebuah inisiatif yang muncul sebagai respons terhadap kekurangan guru yang sangat parah di Indonesia pascamerdeka.
Mahasiswa UGM yang dipelopori oleh aktivis Koesnadi Hardjasoemantri ini tidak hanya mengajar, tetapi juga membantu mendirikan sekolah-sekolah menengah atas (SMA).
Program ini berjalan sejak 1951 hingga 1962, saat Indonesia menderita ketiadaan tenaga pendidik akibat berjatuhannya banyak guru saat perang kemerdekaan dan masih minimnya fasilitas pendidikan di daerah terpencil.
Kondisi pendidikan Indonesia pada awal kemerdekaan sangat kritis. Ribuan sekolah lanjutan harus tutup karena kekurangan guru, terutama di luar Jawa, di mana banyak tenaga pendidik gugur dalam peperangan.
Infrastruktur pendidikan juga hancur sehingga pemerintah belum mampu memenuhi kebutuhan tenaga pengajar. Di tengah situasi ini, UGM mengambil langkah inovatif dengan mengerahkan mahasiswa-mahasiswanya ke berbagai daerah kekurangan guru untuk mengajar dan membangun kembali sistem pendidikan.
Pada 1952, pengiriman mahasiswa mencapai 16 orang, dan sepanjang masa PTM, lebih dari seribu mahasiswa terlibat dalam program ini.
Menurut catatan sejarah UGM, program PTM ini menjadi cikal bakal lahirnya program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang kini menjadi program wajib di banyak universitas Indonesia.
"PTM dilatarbelakangi oleh banyaknya Sekolah Lanjutan Atas (SLA) di luar Jawa yang tutup karena kekurangan guru akibat meninggal ketika Agresi Belanda," tulis arsip resmi UGM.
Melalui PTM, lebih dari 100 SMA berhasil dibuka kembali, meski para mahasiswa dihadapkan pada risiko konflik bersenjata seperti saat menghadapi pemberontakan PRRI-Parmesta yang bahkan menyebabkan gugurnya beberapa mahasiswa PTM di Sulawesi.
Semangat pengabdian itulah yang menjadi dasar pengembangan pengabdian masyarakat dengan pendekatan yang lebih sistematis lewat KKN pada 1964.
Tokoh sentral di balik keberhasilan PTM adalah Koesnadi Hardjasoemantri, mahasiswa Fakultas Hukum UGM yang menjadi inisiator dan penggerak program ini. Ia kelak menjadi Rektor UGM periode 1986–1990 dan dikenal sebagai bapak KKN.
Koesnadi menjelaskan bahwa PTM bukan sekadar pengajaran, tetapi juga membangun hubungan kemitraan antara kampus dan masyarakat agar perguruan tinggi dapat lebih responsif terhadap kebutuhan daerah terpencil.
Selain itu, mahasiswa dari berbagai fakultas turut berperan dalam bidang pengabdian lain seperti kesehatan, teknik, dan pertanian setelah PTM berakhir.
Dari perspektif resmi UGM, semangat pengabdian mahasiswa ini menjadi ikon yang mewujudkan peran universitas sebagai institusi perjuangan dan pengabdian.
"Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi mahasiswa saat ini masih diberlakukan di berbagai universitas. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa penggagas program itu adalah Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, yang sejak tahun 1951 mengerahkan mahasiswa ke luar Jawa sebagai guru pengajar Sekolah Lanjutan Atas," jelas pernyataan dari arsip UGM.
Ia menambahkan, program ini bertujuan tidak hanya mengembangkan kepribadian mahasiswa tapi juga memberikan manfaat nyata dalam pembangunan masyarakat pedesaan.
Dari sisi pemerintah dan pihak terkait, langkah UGM ini menjadi solusi jangka pendek yang sangat diperlukan untuk menyelamatkan sistem pendidikan Indonesia yang hampir runtuh akibat konflik dan keterbatasan sumber daya.
Program ini mendapat apresiasi sebagai bagian penting dari pemulihan nasional, meski kemudian harus diadaptasi ketika Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) dibuka pada 1962 untuk menyiapkan tenaga guru yang lebih terstruktur.
Seiring berjalannya waktu, PTM tidak hanya menambah jumlah guru di daerah terpencil, tetapi juga membentuk tradisi pengabdian mahasiswa yang berkelanjutan.
Pengalaman dan model PTM dijadikan dasar pengembangan KKN yang kini dikenal sebagai Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM, sebuah program yang mempertahankan spirit mengabdi sambil belajar, yang telah menginspirasi banyak universitas di Indonesia dan mancanegara.

0Komentar