Iran menegaskan tidak akan pernah mengakui Israel sebagai entitas sah, di tengah hasil KTT Darurat Arab-Islam di Doha, Qatar, yang pada 15 September 2025 menyepakati dukungan terhadap solusi dua negara bagi konflik Palestina-Israel.
Pernyataan tersebut dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Iran di Teheran, usai pertemuan puncak yang digelar merespons serangan udara Israel ke Doha pada 9 September 2025.
“Bahkan jika seluruh dunia mengakui Israel, Iran tidak akan pernah melakukannya. Perlawanan adalah satu-satunya jalan,” demikian disampaikan juru bicara Kemlu Iran.
KTT darurat yang dihadiri pemimpin dan menteri luar negeri negara Arab serta mayoritas Muslim itu menghasilkan komunike berisi sejumlah poin yaitu mengutuk agresi Israel ke Qatar, menyerukan sanksi internasional, dan menegaskan kembali komitmen pada solusi dua negara dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
Emir Qatar dalam pidatonya menilai serangan ke Doha bukan hanya agresi terhadap satu negara, tetapi juga terhadap seluruh dunia Arab dan Islam.
“Tidak akan ada perdamaian abadi tanpa solusi dua negara,” ucapnya.
Meski hadir dalam pertemuan, Teheran menegaskan sikap berbeda. Iran sejak lama menolak konsep dua negara karena dianggap melegitimasi Israel. Pemerintah Iran menyebut satu-satunya solusi adalah pembentukan negara Palestina yang mencakup seluruh wilayah bersejarah.
“Iran mendukung hak penuh rakyat Palestina, termasuk hak untuk melakukan perlawanan,” kata pernyataan resmi yang dirilis di Teheran.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, dalam konferensi pers di Doha menegaskan dukungan pada solusi dua negara.
“Jalan menuju perdamaian tetap satu: terwujudnya negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota,” ujarnya.
Sementara itu, komunike KTT juga menyerukan negara-negara anggota untuk menangguhkan penjualan senjata ke Israel dan mempertimbangkan kembali hubungan diplomatik.
Penegasan sikap Iran memperlihatkan perbedaan jalan dengan sebagian negara Arab yang kini membuka normalisasi dengan Israel pasca-Perjanjian Abraham 2020.
Sikap ini juga konsisten dengan kebijakan luar negeri Teheran sejak Revolusi Islam 1979, yang memutus hubungan diplomatik dengan Israel dan aktif mendukung kelompok perlawanan Palestina.

0Komentar