![]() |
| Turki memutus seluruh perdagangan senilai US$7 miliar dengan Israel dan menutup wilayah udara untuk pesawat Israel, sebagai respons atas konflik Gaza. (REUTERS/Baz Ratner) |
Turki mengumumkan pemutusan total hubungan ekonomi dengan Israel serta menutup wilayah udaranya untuk pesawat Israel. Langkah ini disampaikan Menteri Luar Negeri Hakan Fidan dalam sidang luar biasa parlemen Turki, Jumat (29/8), sebagai respons atas operasi militer Israel di Gaza yang oleh Ankara disebut sebagai "genosida".
"Kami benar-benar telah memutus perdagangan kami dengan Israel. Kami menutup pelabuhan untuk kapal-kapal Israel dan tidak mengizinkan kapal Turki berlabuh di pelabuhan Israel," kata Fidan di hadapan anggota parlemen.
Ia menambahkan bahwa Turki juga melarang kapal kontainer yang membawa senjata ke Israel berlabuh, serta menutup wilayah udara untuk penerbangan resmi Israel.
Keputusan ini menghentikan perdagangan bilateral senilai sekitar US$7 miliar per tahun. Pada 2023, Turki mengekspor barang senilai US$5,4 miliar ke Israel, sebagian besar berupa baja, kendaraan, plastik, perangkat listrik, dan mesin. Sementara itu, impor Turki dari Israel mencapai US$1,6 miliar, terutama bahan bakar.
Turki sebelumnya menangguhkan sebagian perdagangan dengan Israel pada Mei 2024, tetapi pelaksanaannya tidak konsisten hingga kebijakan menyeluruh diumumkan pekan ini.
Raksasa pelayaran Israel, ZIM, baru-baru ini mengungkapkan kepada Bursa Saham New York bahwa otoritas Turki telah melarang kapal terkait Israel bersandar di pelabuhan Turki sejak 22 Agustus.
Selain perdagangan, Turki juga menutup wilayah udara bagi pesawat Israel. Kebijakan ini memaksa penerbangan dari dan menuju Israel ke negara-negara seperti Georgia dan Azerbaijan untuk mengambil jalur memutar hingga dua jam lebih lama.
Seorang sumber diplomatik Turki menjelaskan larangan ini berlaku untuk semua pesawat resmi Israel serta penerbangan yang membawa senjata, namun maskapai internasional komersial yang menuju Israel masih dapat menggunakan jalur udara Turki.
Sebelumnya, Turki pernah melarang pesawat Presiden Israel Isaac Herzog melintasi wilayah udaranya pada November 2024.
Hal itu memaksa pembatalan rencana kunjungan Herzog ke konferensi iklim COP29 di Azerbaijan. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga batal mengunjungi Baku pada Mei lalu setelah Ankara menolak hak lintas udara.
Kebijakan baru ini memperkuat kritik tajam Ankara terhadap operasi militer Israel di Gaza. Presiden Recep Tayyip Erdogan berulang kali menuduh Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina, bahkan membandingkan Perdana Menteri Netanyahu dengan Adolf Hitler.
Sidang parlemen Jumat tersebut dihadiri tujuh partai politik dan secara khusus membahas situasi di Gaza. Dalam kesempatan itu, Fidan menuduh Israel berusaha membuat Gaza tidak layak huni
"untuk memaksa penduduknya meninggalkan wilayah itu".
Ia juga mengumumkan bahwa Turki bergabung dengan 52 negara lain dalam inisiatif PBB untuk menghentikan pengiriman senjata ke Israel.
Sebagai anggota penting NATO, langkah Turki memutus semua hubungan ekonomi dengan Israel menandai preseden baru di kawasan.
Keputusan ini berpotensi memberi tekanan pada negara-negara bersekutu dengan Barat agar mengambil sikap serupa.
Kebijakan tersebut juga semakin mengisolasi Israel dari salah satu mitra dagang regional utama dan memutus jalur perdagangan penting.
Hampir dua tahun sejak perang Gaza dimulai, dinamika konflik terus memengaruhi peta aliansi politik dan ekonomi di Timur Tengah.

0Komentar