![]() |
| Presiden AS Donald Trump dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian oleh pemerintah Kamboja setelah perannya dalam meredakan konflik bersenjata dengan Thailand. (REUTERS/Leah Millis) |
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendapat dukungan tak terduga dari Asia Tenggara. Pemerintah Kamboja menyatakan akan mencalonkan Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian atas perannya dalam menghentikan konflik bersenjata dengan Thailand yang sempat memanas.
Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Wakil Perdana Menteri Kamboja, Sun Chanthol, pada Jumat (1/8), dan dikonfirmasi kepada media melalui pesan singkat. “Trump pantas dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian,” tulis Chanthol.
Langkah ini tak lepas dari intervensi diplomatik Trump saat konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand kembali meletus di wilayah sengketa sekitar Candi Preah Vihear.
Bentrokan berlangsung selama lima hari dan menewaskan 43 orang, sementara lebih dari 300.000 warga sipil terpaksa meninggalkan rumah.
Pemerintah kedua negara akhirnya menyepakati gencatan senjata setelah menerima seruan langsung dari Trump yang disebut-sebut sebagai titik balik dalam negosiasi yang digelar di Kuala Lumpur.
“Kami mengapresiasi upaya besarnya untuk perdamaian,” tambah Chanthol.
Gedung Putih juga merespons positif nominasi tersebut. Karoline Leavitt, juru bicara Presiden, melalui unggahan di platform X menyerukan secara terbuka, “Beri dia Hadiah Nobel Perdamaian!” Ini bukan kali pertama Trump diusulkan menerima penghargaan bergengsi itu.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengajukan namanya atas peran dalam kesepakatan Abraham Accords, sementara Pakistan menyatakan akan melakukan hal serupa terkait penyelesaian konflik dengan India di wilayah Kashmir.
Meski begitu, muncul pula suara skeptis dari kalangan pengamat internasional. Asle Sveen, sejarawan Nobel asal Norwegia, menilai langkah Kamboja lebih bersifat politis dibanding bentuk pengakuan atas pencapaian jangka panjang.
Kritik serupa datang dari Henrik Urdal, Direktur Institut Penelitian Perdamaian Oslo, yang menyebut nominasi semacam ini sering kali tidak memenuhi kriteria asli Alfred Nobel soal upaya membangun persahabatan antarbangsa secara berkelanjutan.
Di luar urusan konflik, Chanthol juga menyinggung soal penurunan tarif ekspor dari Amerika Serikat sebagai salah satu bentuk membaiknya relasi bilateral. Ia menyebut, bea masuk untuk produk garmen dan alas kaki asal Kamboja yang sempat diancam sebesar 49% akhirnya turun menjadi 36%.
Langkah ini disebut “sangat penting” karena industri tekstil menyumbang hampir 40% dari total PDB Kamboja. Sejumlah analis melihat bahwa pengajuan nominasi Trump juga bisa dibaca sebagai sinyal politik ekonomi dari Phnom Penh untuk meredakan ketegangan dagang dengan Washington.
Trump sendiri belum memberikan tanggapan resmi atas pencalonan terbaru ini. Namun di lingkaran dalam Gedung Putih, dorongan untuk mengangkat citra internasional mantan presiden menjelang pemilu AS 2026 terlihat semakin intensif.
Seorang pejabat Thailand yang tak ingin disebut namanya menyebut, “Presiden Trump adalah negosiator ulung. Tanpa dia, perang bisa berlarut-larut.”
Sejauh ini belum diketahui apakah nominasi dari Kamboja akan masuk dalam daftar final penilaian Komite Nobel Norwegia. Yang jelas, keputusan tersebut akan menjadi salah satu sorotan besar dunia, baik dari sisi politik internasional maupun arah diplomasi Amerika Serikat ke depan.

0Komentar