Badan Gizi Nasional (BGN) memprediksi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan menciptakan 6 juta lapangan kerja baru hingga akhir 2025. (Medcom.id/Siti)

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah mulai menunjukkan dampak besar, tidak hanya bagi pemenuhan gizi masyarakat, tapi juga terhadap perekonomian nasional. 

Badan Gizi Nasional (BGN) memprediksi program ini akan menyerap hingga 6 juta tenaga kerja baru seiring perluasan operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) secara nasional hingga akhir 2025.

"Program ini bukan hanya soal makan bergizi, tapi juga membuka akses kerja yang masif dan menyentuh seluruh rantai pasok pangan nasional," ujar pejabat BGN dalam laporan tertulis, Selasa (23/6/2025).

Sejak peluncuran tahap awal, program MBG telah mempekerjakan 72.521 tenaga kerja per 23 Juni 2025. Mereka tersebar di berbagai posisi fungsional di dalam struktur SPPG. Di antaranya, 11.884 chef, 10.120 tenaga persiapan, dan 17.083 tenaga pencuci wadah makan. 

Selain itu, juga terdapat 1.837 kepala unit SPPG, 1.499 ahli gizi, 1.525 juru masak, dan ribuan pekerja lainnya yang mendukung operasional harian.

Formasi pekerja ini menggambarkan skala besar program MBG yang tak hanya menargetkan distribusi makanan bergizi ke sekolah-sekolah dan komunitas, tetapi juga menciptakan sistem logistik dan layanan pendukung dalam satu ekosistem.

BGN memperkirakan penyerapan langsung akan menyentuh 1,5 juta tenaga kerja ketika seluruh unit SPPG mencapai target operasional 30.000–32.000 lokasi pada akhir 2025. Namun, angka tersebut belum menggambarkan keseluruhan dampak tenaga kerja dari program MBG.

"Prediksi total penyerapan bisa menyentuh 6 juta karena ada efek berantai di sektor hulu dan hilir," tulis BGN dalam proyeksinya.

Dalam skema yang lebih luas, jutaan pekerjaan diperkirakan tercipta secara tidak langsung—mulai dari petani dan nelayan lokal sebagai penyedia bahan baku makanan, pekerja di sektor logistik dan transportasi, hingga pelaku UMKM kuliner yang menjadi mitra dalam pengolahan makanan harian.

BGN menyebut program MBG menjadi salah satu inisiatif yang secara langsung menyentuh sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 

Hingga Agustus 2025, seluruh mitra SPPG berasal dari sektor UMKM, sebuah capaian penting yang membuat program ini sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan.

Dari sisi anggaran, program ini juga menunjukkan progres agresif. Tercatat Rp7,9 triliun telah terserap hingga Agustus 2025, angka yang disebut BGN telah melampaui proyeksi awal. 

Anggaran ini digunakan untuk operasional harian SPPG, belanja bahan baku lokal, hingga distribusi makanan bergizi ke seluruh wilayah Indonesia.

Secara paralel, jumlah penerima manfaat program ini juga terus bertambah. Hingga Juli 2025, sebanyak 6,2 juta penerima manfaat telah mendapatkan layanan makanan bergizi dari program MBG. Jumlah ini tersebar melalui 2.127 hingga 2.375 SPPG yang sudah beroperasi secara aktif di berbagai wilayah.

Pemerintah menargetkan angka ini melonjak hampir tiga kali lipat menjadi 20 juta penerima sebelum 17 Agustus 2025, bertepatan dengan peringatan kemerdekaan RI ke-80. 

Artinya, eskalasi pelaksanaan program akan semakin cepat dalam dua bulan ke depan, termasuk peningkatan jumlah SPPG dan kebutuhan tenaga kerja yang menyertainya.

Prediksi BGN mengenai penyerapan 6 juta tenaga kerja baru mencerminkan multiplier effect program MBG yang bukan hanya menyasar isu gizi masyarakat, tapi juga mendongkrak perekonomian nasional secara langsung.

Program ini menciptakan permintaan besar terhadap bahan pangan lokal seperti beras, telur, sayuran, dan ikan, sekaligus mendongkrak kapasitas distribusi pangan lintas daerah. 

Tak hanya itu, desa-desa yang menjadi lokasi SPPG juga mendapatkan aliran belanja langsung melalui belanja operasional harian.

Dengan porsi anggaran yang semakin besar dan jaringan kerja sama lintas sektor, MBG menjelma sebagai salah satu program kebijakan publik dengan dampak ekonomi terbesar dalam dekade terakhir, menyentuh dimensi gizi, ketahanan pangan, dan penciptaan kerja sekaligus.