Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai memiliki potensi besar mendorong prestasi akademik siswa, termasuk di bidang matematika dan bahasa Inggris, jika dikemas melalui metode kreatif seperti belajar sambil makan di sekolah.
Wakil Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, menyampaikan pandangan tersebut saat mengunjungi stan Badan Gizi Nasional (BGN) di hari kedua Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025, yang digelar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (8/8).
“Setiap hari adalah kesempatan luar biasa bagi anak-anak untuk belajar. Dengan program MBG, mereka tidak hanya mendapatkan gizi yang baik, tetapi juga belajar menghitung dan mengenal bahasa Inggris melalui jenis-jenis makanan,” kata Stella dalam keterangan resmi di Jakarta.
Ia menambahkan, berdasarkan bukti ilmiah dari sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan India, program makan bergizi gratis terbukti meningkatkan prestasi akademik siswa.
Peningkatan tersebut terjadi berkat motivasi belajar yang lebih tinggi, daya ingat yang lebih kuat, dan konsentrasi yang lebih baik. “Program ini bisa menjadi sarana efektif untuk mendorong motivasi dan memperkuat daya ingat mereka,” ujarnya.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengungkapkan dampak nyata MBG terhadap kehadiran siswa di sekolah. Sebelum program berjalan, tingkat kehadiran berkisar 70–80 persen. “Sekarang, berkat MBG, mencapai 95 persen,” kata Dadan.
Ia mencontohkan pengalaman di Papua, di mana seorang cucu yang biasanya harus dibangunkan neneknya untuk berangkat sekolah kini justru membangunkan neneknya lebih pagi demi mendapatkan jatah MBG.
Fenomena serupa juga terjadi di Warungkiara, Sukabumi, Jawa Barat, dan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). “Konsentrasi dan semangat belajar siswa meningkat. Di wilayah timur dan daerah 3T, manfaatnya benar-benar terasa,” tegasnya.
Selain memperbaiki gizi siswa, Stella juga mengusulkan pelibatan perguruan tinggi dalam pengelolaan MBG untuk memastikan kualitas makanan, pengawasan gizi, dan evaluasi efektivitas program secara ilmiah.
Data BGN menunjukkan bahwa tren positif ini sejalan dengan hasil studi internasional, yang mencatat bahwa siswa penerima makanan bergizi di sekolah cenderung hadir lebih sering dan mencatatkan nilai ujian lebih tinggi dibanding siswa yang tidak mendapatkan fasilitas serupa.
Dengan kombinasi antara gizi yang memadai dan pendekatan pembelajaran kreatif, MBG dinilai berpotensi menjadi salah satu instrumen penting dalam meningkatkan mutu pendidikan sekaligus memperkuat sumber daya manusia di masa depan.

0Komentar