Pemerintah Indonesia tengah mengkaji proposal investasi dari lima negara, termasuk Kanada dan Rusia, untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). (Flickr/Oregon State University)

Pemerintah Indonesia tengah mengkaji proposal investasi dari lima negara terkait pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menyebut dua negara yang sudah terkonfirmasi melakukan pertemuan dengan pemerintah adalah Kanada dan Rusia.

"Beberapa negara sudah kita identifikasi ada sekitar 4 atau 5 negara yang ada minat mengembangkan tenaga nuklir Indonesia. Sekarang proposal sedang dipelajari," kata Bahlil saat ditemui di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/8/2025). "Salah satunya Kanada, ya Rusia juga. Sudah ketemu," tambahnya.

Menurut catatan Kementerian ESDM, selain Kanada dan Rusia, sejumlah negara lain juga menyatakan ketertarikan berinvestasi dalam proyek PLTN. Negara-negara tersebut di antaranya Amerika Serikat, China, Denmark, dan Inggris.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, mengonfirmasi ada enam negara dari Asia, Eropa, dan Amerika yang telah berkomunikasi dengan pemerintah terkait rencana pembangunan PLTN. 

"Ada Amerika Serikat, Rusia, Denmark, Kanada, Inggris, dan China," kata Eniya dalam keterangan beberapa waktu lalu.

Selain negara, sejumlah perusahaan swasta juga menunjukkan minat pada proyek PLTN Indonesia. PT ThorCon Power Indonesia, anak perusahaan ThorCon International Pte Ltd, berkomitmen membangun PLTN pertama di Pulau Kelasa, Bangka Belitung. 

Proyek ini dirancang menggunakan teknologi Molten Salt Reactor dengan kapasitas 2×250 megawatt (MW).

Perusahaan asal Amerika Serikat, NuScale, juga menjajaki kerja sama dengan PLN Indonesia Power. 

Mereka berencana mengembangkan Small Modular Reactor (SMR) di Kalimantan Barat, yang disebut memiliki potensi untuk mendukung penyediaan listrik di wilayah tersebut.

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034, pemerintah menargetkan pembangunan PLTN dengan total kapasitas 500 MW hingga 2034. Proyek ini akan dilakukan di dua lokasi, yaitu Sumatera dan Kalimantan, masing-masing 250 MW.

Unit pertama direncanakan mulai beroperasi pada 2032 di wilayah Sumatera-Bangka, sedangkan unit kedua di Kalimantan Barat pada 2033. Model PLTN yang dipilih berukuran kecil hingga menengah dengan teknologi SMR berkapasitas 300-500 MW per unit.

Bahlil menegaskan pemerintah bersikap terbuka terhadap kerja sama dengan negara mana pun selama hubungan kerja sama berjalan baik. 

"Bagi kita, siapapun negaranya gak ada masalah, selama dia punya hubungan kerja sama sama Indonesia, dan sekali lagi saling menguntungkan," ujarnya.