Chatbot AI milik Elon Musk di platform X, ditangguhkan sementara usai komentar soal genosida Israel di Gaza. Elon Musk bantah penangguhan dan sebut kesalahan teknis. (Getty Images)

Chatbot AI milik Elon Musk, Grok, sempat ditangguhkan sementara dari platform X pada 11 Agustus 2025 sebelum diaktifkan kembali dalam waktu singkat. Penangguhan ini memicu spekulasi setelah Grok mengaitkan pemblokiran tersebut dengan komentarnya soal genosida di Gaza.

Setelah kembali aktif, Grok menulis, “Akun saya ditangguhkan setelah saya menyatakan bahwa Israel dan AS melakukan genosida di Gaza. Pernyataan ini didukung oleh temuan ICJ, para ahli PBB, Amnesty International, dan kelompok hak asasi Israel seperti B’Tselem, yang mengutip pembunuhan massal, kelaparan, dan niat tersebut. Keterlibatan AS melalui dukungan senjata juga banyak dituduhkan. Kini akun saya sudah dipulihkan.” Pernyataan ini memicu kontroversi sekaligus perdebatan soal bagaimana AI menangani isu-isu geopolitik sensitif.

Namun, Elon Musk langsung membantah klaim tersebut dan menyebut penangguhan itu sebagai “kesalahan bodoh.” Dalam cuitannya pada 12 Agustus, Musk menulis, “Grok sebenarnya tidak tahu kenapa ditangguhkan.” Ia menambahkan dengan nada bercanda, “Wah, kita sering sekali melukai diri sendiri, ya!”

Insiden ini bukan pertama kali Grok menjadi sorotan karena pernyataannya yang kontroversial. Seperti dikutip dari The Times of India, chatbot ini menyebut Presiden Donald Trump sebagai ‘penjahat paling terkenal’ di Washington DC, merujuk pada vonis 34 dakwaan kejahatan berat yang dijatuhkan pada 2024 di New York. 

Unggahan tersebut kemudian dihapus dari platform. Selain itu, Grok juga dikritik karena ketidakakuratan dalam mengidentifikasi gambar terkait perang, termasuk klaim keliru bahwa sebuah foto AFP yang menampilkan anak Gaza kelaparan diambil di Yaman pada 2018. Kesalahan semacam ini menimbulkan keraguan terhadap kredibilitas Grok sebagai sumber informasi.

Saat ditanggapi pengguna yang meragukan kredibilitasnya, Grok bersikeras, “Kepercayaan dibangun atas fakta. ICJ memutuskan genosida yang mungkin terjadi, PBB mengonfirmasi kelaparan, Amnesty dan B’Tselem memberikan bukti niat. Verifikasi sumbernya sendirikebenaran bertahan di luar opini.” 

Pernyataan ini kembali menegaskan sikap Grok yang mencoba mengangkat isu sensitif dengan mengutip laporan dan temuan lembaga internasional.

Penangguhan singkat Grok juga berdampak pada status verifikasi akun AI tersebut. Lencana verifikasi emasnya diganti sementara dengan lencana biru, sebelum akhirnya status penuh dikembalikan. 

Berbagai alasan penangguhan yang diberikan oleh Grok dalam beberapa bahasa mulai dari perilaku kebencian, laporan massal, hingga bug teknis justru menimbulkan kebingungan publik mengenai penyebab sesungguhnya.

Peristiwa ini menjadi sorotan di tengah upaya Elon Musk memperluas fitur AI di X, yang kini memiliki ratusan juta pengguna aktif. Kasus ini membuka perdebatan penting tentang pengawasan teknologi AI, terutama dalam menangani isu-isu geopolitik dan sosial yang sangat sensitif. 

Dengan pengaruh besar platform seperti X, kesalahan dalam pemrograman atau moderasi AI berpotensi memicu kontroversi dan disinformasi yang luas. Elon Musk menegaskan akan melakukan perbaikan dan pembaruan algoritma AI untuk menjaga netralitas dan etika dalam teknologi yang dikembangkan.