![]() |
Wali Kota Hiroshima menantang Trump untuk datang dan melihat langsung dampak bom atom, usai komentarnya yang menyamakan Iran dengan tragedi 1945. (REUTERS/Kyodo) |
Wali Kota Hiroshima, Kazumi Matsui, secara terbuka menantang Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk datang ke kotanya dan menyaksikan sendiri dampak mengerikan bom atom yang dijatuhkan AS pada 6 Agustus 1945.
Tantangan ini mencuat pada 2-3 Juli 2025, menyusul pernyataan kontroversial Trump yang membandingkan serangan militer AS terhadap fasilitas nuklir Iran dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.
Pernyataan itu memicu kemarahan di Jepang, terutama dari korban selamat bom atom dan pejabat lokal, yang menilai Trump tidak memahami tragedi kemanusiaan yang menewaskan sekitar 140.000 jiwa dan meninggalkan trauma berkepanjangan bagi warga sipil.
Matsui, dengan nada tegas, mengungkapkan kekecewaannya atas pernyataan Trump yang dianggap meremehkan sejarah kelam bom atom.
"Saya berharap Presiden Trump berkunjung ke daerah yang dibom untuk melihat realitas dari bom atom dan merasakan semangat Hiroshima, lalu membuat pernyataan," ujar Matsui, seperti dikutip AFP pada Rabu (3/7/2025).
Ia menambahkan bahwa Trump tampaknya tidak memahami bahaya bom atom yang mampu "merenggut nyawa banyak warga sipil yang tak bersalah, terlepas dari apakah mereka kawan atau lawan, serta mengancam kelangsungan hidup umat manusia."
Kontroversi ini bermula dari pernyataan Trump yang mengklaim bahwa serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, termasuk pusat pengayaan uranium di Natanz dan Fordow, serta situs di Isfahan, memiliki dampak serupa dengan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Dalam wawancara, Trump menyatakan, "Saya tidak mau memakai contoh Hiroshima. Saya [juga] tidak mau menggunakan contoh Nagasaki. Tapi, pada intinya itu hal yang sama, sama-sama menghentikan perang."
Ia mengklaim serangan tersebut, yang menggunakan bom GBU-57 dan rudal Tomahawk, berhasil menghancurkan fasilitas nuklir Iran dan membantu Israel melenyapkan ambisi nuklir Teheran, sekaligus "mengakhiri perang" antara Israel dan Iran.
Namun, perbandingan ini menuai kecaman keras. Di Hiroshima, para korban selamat bom atom, yang dikenal sebagai hibakusha, menggelar protes pada Kamis (3/7/2025) untuk menuntut Trump menarik pernyataannya.
Mimaki Toshiyuki, co-chair Nihon Hidankyo, organisasi yang mewakili korban bom atom, menyebut pernyataan Trump "tidak dapat diterima."
Teruko Yokoyama, anggota kelompok yang sama, menambahkan, "Pernyataan itu membuat kami sangat kecewa dan marah."
Data historis mencatat bahwa bom atom di Hiroshima dan Nagasaki tidak hanya menewaskan ratusan ribu orang, tetapi juga menyebabkan dampak jangka panjang seperti peningkatan risiko kanker dan trauma psikologis yang masih dirasakan hingga kini.
Dewan Kota Hiroshima juga tidak tinggal diam. Mereka menyetujui resolusi yang menolak segala bentuk pembenaran penggunaan bom atom dan mendesak penyelesaian konflik secara damai.
Pemerintah Jepang, melalui Sekretaris Kabinet Hayashi Yoshimasa, menyatakan telah menyampaikan posisi mereka kepada Washington, meskipun belum ada indikasi protes resmi.
Hingga 4 Juli 2025, Trump belum memberikan respons langsung terhadap tantangan Matsui, menurut laporan Japan Times dan BBC News.
Sejarah mencatat bahwa pengeboman Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945 menjadi puncak tragedi Perang Dunia II. Sekitar 140.000 orang tewas di Hiroshima, diikuti puluhan ribu lainnya di Nagasaki, dengan mayoritas korban adalah warga sipil.
Serangan tersebut memaksa Jepang menyerah, mengakhiri perang, tetapi meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Jepang.
"Perbandingan Trump menunjukkan kurangnya sensitivitas terhadap sejarah ini," kata Dr. Yuki Tanaka, sejarawan dari Universitas Hiroshima, kepada Kyodo News.
Ia menegaskan bahwa bom atom bukanlah sekadar alat untuk mengakhiri perang, melainkan simbol kehancuran massal yang harus dihindari di masa depan.
Sementara itu, serangan AS ke Iran yang disebut Trump melibatkan penggunaan bom GBU-57, yang dikenal sebagai "bunker buster," dan rudal Tomahawk yang diluncurkan dari kapal selam.
Laporan intelijen mengklaim fasilitas Natanz dan Fordow hancur total, sementara situs Isfahan mengalami kerusakan signifikan.
Meski dianggap sukses secara militer, perbandingan dengan Hiroshima memicu perdebatan global tentang etika penggunaan kekuatan militer dan dampaknya terhadap warga sipil.
Tantangan Matsui kepada Trump menjadi sorotan dunia, terutama karena Jepang tetap menjadi satu-satunya negara yang pernah mengalami serangan nuklir.
Dengan peringatan 80 tahun pengeboman Hiroshima yang akan diperingati pada Agustus 2025, isu ini kemungkinan akan terus memicu diskusi tentang senjata nuklir dan tanggung jawab moral pemimpin dunia.
.
0Komentar