Satu jenazah korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya kembali ditemukan di perairan Selat Bali pada Minggu (6/7/2025) sekitar pukul 10.41 WIB. Jasad tersebut terdeteksi mengapung sejauh 5,7 hingga 6 mil laut ke arah selatan dari titik terakhir kapal dilaporkan hilang (last known position/LKP).
Penemuan ini menambah daftar korban teridentifikasi menjadi 37 orang, dengan 7 di antaranya meninggal dunia, 30 selamat, dan 28 masih dalam pencarian.
Penemuan jasad ini dilakukan oleh Satuan Reaksi Cepat (SRU) Laut, dengan KRI Fanildo menjadi kapal yang pertama kali mendeteksi objek tersebut saat melakukan survei bawah laut.
Komandan Gugus Tempur Laut Koarmada II, Laksamana TNI Endra Hartono, menjelaskan bahwa jenazah ditemukan dalam posisi tengkurap, mengindikasikan korban terbawa arus kuat di Selat Bali.
"Jaraknya sekitar 5,7 hingga 6 mil laut ke arah selatan dari titik kapal dinyatakan hilang," ujar Endra dalam keterangannya kepada awak media.
Evakuasi segera dilakukan oleh KRI Tongkol yang merapat ke lokasi setelah mendapat perintah. Proses evakuasi berjalan cepat, dan jenazah tiba di Dermaga Pusri, Ketapang, Banyuwangi, pada pukul 13.40 WIB.
Sayangnya, korban tidak membawa identitas apa pun, hanya mengenakan kaos biru navy dan celana pendek. Jenazah langsung dilarikan ke RSUD Blambangan untuk proses identifikasi lebih lanjut.
"Sebelum diserahkan ke pihak keluarga, jenazah akan diidentifikasi terlebih dahulu," kata Endra, menegaskan prosedur standar dalam penanganan korban.
Insiden KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam pada 2 Juli 2025 di Selat Bali telah menewaskan setidaknya 7 orang dari total 65 penumpang dan awak kapal, termasuk 22 kendaraan yang dibawa.
Hingga kini, operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) gabungan terus berlangsung, meskipun tim SAR menghadapi tantangan berupa arus laut yang kuat dan cuaca buruk.
Penemuan jenazah ini membawa sedikit kejelasan bagi keluarga korban, namun 28 orang lainnya masih belum ditemukan, membuat upaya SAR semakin krusial.
Dari total 37 korban yang teridentifikasi, 81% di antaranya (30 orang) berhasil diselamatkan, sementara 19% (7 orang) ditemukan meninggal dunia.
Angka ini menunjukkan bahwa peluang menemukan korban dalam kondisi selamat semakin kecil seiring berjalannya waktu.
Meski begitu, tim SAR tetap optimistis, dengan cakupan pencarian diperluas hingga 269,38 mil laut dari titik LKP.
Penemuan ini menjadi pengingat akan risiko pelayaran di Selat Bali, yang dikenal dengan arus dan gelombang yang tak terduga.
Laksamana Endra menegaskan bahwa operasi SAR akan terus dilakukan hingga batas waktu yang ditentukan, dengan harapan dapat menemukan sisa korban yang masih hilang.
Bagi keluarga yang masih menanti kabar, proses identifikasi jenazah di RSUD Blambangan menjadi harapan terakhir untuk mendapatkan kepastian.
0Komentar