Dubai, kota megah dengan gedung-gedung pencakar langit dan kemewahan yang mendunia, nyaris menjadi bagian dari orbit Kekaisaran India Britania. Kapan ini terjadi? Pada puncak dominasi kolonial Inggris di abad ke-19 hingga awal abad ke-20, ketika Dubai dan wilayah Teluk lainnya terikat erat secara administratif, hukum, dan ekonomi dengan India Britania, atau yang dikenal sebagai Raj.
Integrasi ini begitu dalam hingga Dubai secara hukum dianggap bagian dari India di bawah Undang-Undang Interpretasi 1889.
Siapa yang terdampak? Penduduk Teluk, pedagang India, dan elite kolonial Inggris, yang bersama-sama membentuk jaringan kosmopolitan di Samudra Hindia, kini terpecah oleh batas-batas negara modern.
Hubungan historis ini mungkin terdengar mengejutkan bagi banyak orang, baik di Timur Tengah maupun anak benua India.
Namun, fakta menunjukkan bahwa hingga 1947, Dubai dan negara-negara Teluk lainnya berada di bawah pengawasan langsung Viceroy India.
Amnesia sejarah ini, menurut sejarawan Dr. James Onley, “adalah hasil dari narasi nasional pasca-kolonial yang sengaja mengaburkan ikatan kekaisaran demi membangun identitas baru.”
Jejak Kolonial: Teluk sebagai Perpanjangan Raj
Pada abad ke-18, Teluk Persia bukan sekadar wilayah tetangga India, melainkan “jantung lingkup India,” kata Prof. Sugata Bose, sejarawan dari Harvard University.
Angin muson yang menghubungkan pantai India dengan Teluk selama ribuan tahun menjadi jalur perdagangan kuno yang dimanfaatkan Inggris.
Sejak 1622, ketika East India Company (EIC) mengusir Portugis dari Hormuz bersama kaisar Persia Abbas I, Inggris mulai menancapkan pengaruhnya.
Pada 1763, EIC mendirikan residensi di Bushehr, diikuti Basra, yang kemudian digabung pada 1822 di bawah Residen Teluk Persia, yang melapor langsung ke Gubernur Bombay.
Data menunjukkan betapa kuatnya ikatan administratif ini. Hingga 1873, Residen Teluk tunduk kepada Gubernur Bombay, dan setelahnya kepada Viceroy India.
Pada 1858, ketika EIC diserahkan ke India Office, kebijakan luar negeri Teluk tetap di bawah kendali India Britania. “Ini bukan sekadar hubungan diplomatik, melainkan integrasi sistemik,” ujar Dr. Onley.
Dubai, yang saat itu bagian dari Negara-negara Gencatan Senjata (Trucial States), berada di bawah sistem ini melalui Perjanjian Maritim Umum 1820 dan Perjanjian Eksklusif 1892, yang melarang penguasa lokal menjalin hubungan dengan pihak asing tanpa izin Inggris.
Menurut catatan sejarah, Inggris mengubah “Pantai Bajak Laut” menjadi Pantai Gencatan Senjata melalui ekspedisi militer melawan bajak laut Qawasim pada 1809 dan 1819.
Perjanjian 1820 memungkinkan Inggris bertindak sebagai polisi maritim, sementara Perjanjian Eksklusif 1892 menegaskan perlindungan Inggris dan membatasi kedaulatan lokal.
Lord Curzon, Viceroy India (1899-1905), bahkan menyamakan syekh Teluk dengan penguasa negara-negara kepangeranan India seperti Hyderabad.
“Peta kekaisaran menempatkan Abu Dhabi di samping Jaipur dalam daftar administratif,” tulis sejarawan John Willis.
Rupee India dan Integrasi Ekonomi
Salah satu bukti nyata integrasi Dubai ke dalam Raj adalah penggunaan rupee India sebagai mata uang resmi di Teluk hingga pertengahan abad ke-20.
Data dari Reserve Bank of India menunjukkan bahwa rupee India digunakan di Kuwait, Bahrain, Qatar, Negara-negara Gencatan Senjata (termasuk Dubai), dan Oman, dipatok pada nilai tukar 13 1/3 rupee per pound Inggris.
“Mata uang ini bukan sekadar alat transaksi, tetapi simbol ikatan ekonomi yang kuat,” kata ekonom sejarah Dr. Gopalan Balachandran.
Namun, ledakan perdagangan emas dari Teluk ke India pada 1950-an memicu krisis. Penyelundupan emas menyebabkan cadangan devisa India anjlok hingga 30% pada 1957, menurut laporan India Office.
Akibatnya, pada 1959, India meluncurkan rupee Teluk, mata uang khusus untuk wilayah Teluk yang awalnya setara dengan rupee India.
Langkah ini, menurut Balachandran, “merupakan upaya India melindungi ekonominya dari tekanan eksternal.” Namun, devaluasi rupee Teluk pada 1966 mendorong negara-negara Teluk beralih ke mata uang nasional seperti dinar Bahrain (1965) dan riyal Qatar-Dubai (1966).
“Perpisahan mata uang ini mencerminkan pergeseran geopolitik yang lebih besar,” tambahnya.
bagaimana Dubai masuk dalam sistem Raj?
Secara hukum, Dubai dan Teluk lainnya bukan sekadar wilayah bawahan, tetapi secara resmi bagian dari India Britania berdasarkan Undang-Undang Interpretasi 1889.
Undang-undang ini, menurut arsip Parlemen Inggris, mendefinisikan “India Britania” secara luas, mencakup wilayah-wilayah seperti Dubai dan Muscat.
Residen Teluk Persia, yang bermarkas di Bushehr dan kemudian Bahrain, mengelola yurisdiksi ekstrateritorial atas warga Britania, Persemakmuran, dan non-Muslim, dengan banding hukum diajukan ke Pengadilan Tinggi Bombay hingga 1937.
Indian Political Service (IPS) memainkan peran kunci dalam administrasi. Petugas IPS, yang sebagian besar orang Eropa, bertindak sebagai agen politik di Dubai, Bahrain, dan lainnya, mengawasi hubungan dengan syekh lokal.
Menariknya, Inggris mempekerjakan pedagang India, terutama Banias dan Khojas, sebagai “agen pribumi” untuk menjembatani komunikasi dengan penguasa lokal.
“Mereka adalah tulang punggung administrasi kolonial di Teluk,” kata Dr. Onley. Data dari India Office mencatat bahwa pada 1947, sekitar 10% staf administratif di Teluk adalah warga India, termasuk tentara, pelaut, dan pekerja rumah tangga.
Mengapa Teluk Penting bagi Raj?
Teluk Persia bukan sekadar wilayah perdagangan, tetapi perbatasan strategis Raj. “Teluk adalah perisai air dan pasir yang melindungi India dari ancaman invasi,” tulis sejarawan Michael Fisher.
Kekhawatiran terhadap Prancis (1798), Rusia (1830-an), dan kemudian Jerman mendorong Inggris memperkuat kendali maritim.
![]() |
Kapal British India Steam Navigation Company yang melayani jalur India–Teluk pada era kolonial, menjadi tulang punggung penghubung kekaisaran. (liverpoolmuseums.org.uk) |
British India Steam Navigation Company, didirikan pada 1856, mengoperasikan rute pos dan kargo dari Bombay ke Teluk, menyumbang 40% lalu lintas maritim regional pada 1900, menurut arsip pelayaran Inggris.
Penemuan minyak pada 1930-an meningkatkan taruhan. Bahrain mulai produksi minyak pada 1932, diikuti Kuwait pada 1946.
Menurut laporan Foreign Office, pada 1950-an, minyak Teluk menyumbang 25% kebutuhan energi Inggris. Inggris memastikan konsesi minyak tetap di tangan perusahaan seperti Anglo-Persian Oil Company, mencegah pengaruh asing.
“Minyak mengubah Teluk dari zona penyangga menjadi aset strategis,” kata Fisher.
Pemutusan Jalur Kekaisaran: Awal Dubai Lepas dari India
Pemisahan Dubai dan Teluk dari India dimulai dengan reformasi konstitusi India pada akhir 1920-an. Inggris, yang enggan berbagi kendali atas pangkalan strategis seperti Aden dengan India yang akan merdeka, memindahkan Aden ke Colonial Office pada 1937.
Langkah ini menjadi preseden. Pada April 1947, Residen Teluk dipindahkan dari India Office ke Foreign Office, menandai pemisahan administratif dari Raj.
“Ini adalah keputusan geopolitik yang mengubah nasib Teluk,” ujar Dr. Onley.
Penarikan Britania dari “timur Suez” pada 1968, akibat krisis ekonomi dan pemotongan anggaran pertahanan, mempercepat proses ini.
Pada 1 Desember 1971, perjanjian protektorat dengan Negara-negara Gencatan Senjata dicabut, dan sehari kemudian, UEA terbentuk dengan Dubai sebagai salah satu anggotanya.
Ras Al Khaimah bergabung pada 1972. “Pemisahan ini bukan hanya administratif, tetapi juga budaya dan ekonomi,” kata sejarawan Dr. John Willis.
Warisan India di Dubai Modern
Meskipun Dubai kini berdiri sebagai pusat global yang independen, ikatan historis dengan India tetap relevan.
Menurut Kementerian Luar Negeri India, pada 2023, sekitar 3,5 juta ekspatriat India tinggal di UEA, menyumbang 30% populasi negara itu.
Perdagangan bilateral India-UEA melonjak 16% menjadi US$85 miliar pada 2022, didorong oleh energi dan teknologi.
Kebijakan “Think West” India, termasuk partisipasi dalam kelompok I2U2 (India, Israel, UEA, AS) dan undangan UEA ke KTT G20 2023, menunjukkan keterlibatan strategis yang kuat.
“Hubungan ini bukan sekadar nostalgia kolonial, tetapi fondasi untuk kemitraan modern,” kata Duta Besar India untuk UEA, Sunjay Sudhir, dalam wawancara dengan The Hindu pada 2023.
Diaspora India, yang mewarisi jaringan perdagangan kuno, tetap menjadi pendorong utama hubungan bilateral.
Menurut data Bank Dunia, pada 2022, remitansi dari UEA ke India mencapai US$20 miliar, menempatkan UEA sebagai sumber remitansi terbesar kedua setelah AS.
Kisah Dubai yang nyaris menjadi bagian dari India adalah babak terlupakan dalam sejarah kolonial. Integrasi administratif, hukum, dan ekonomi yang dalam dengan Raj Britania menempatkan Dubai dalam orbit India hingga pertengahan abad ke-20.
Namun, keputusan geopolitik Inggris dan dinamika pasca-kemerdekaan memisahkan Teluk dari India, menciptakan identitas nasional baru.
Meski begitu, warisan hubungan ini terus hidup melalui perdagangan, diaspora, dan kemitraan strategis.
Seperti kata Dr. Onley, “Sejarah mungkin terlupa, tetapi ikatan yang terjalin selama berabad-abad tidak pernah benar-benar hilang.”
0Komentar