![]() |
Kerja sama nuklir damai Iran dan Rusia dipastikan tetap berlanjut meski dihantam serangan AS-Israel. Pakar menilai langkah ini berpotensi memicu konflik baru di Timur Tengah. (Foto: Iranian Presidency/ZUMA/Picture Alliance) |
Kerja sama nuklir damai Rusia dengan Iran dipastikan terus berjalan meski serangan militer AS dan Israel menggempur fasilitas nuklir Iran pada pertengahan Juni 2025.
Pernyataan tegas disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, pada Rabu (26/6/2025), yang menegaskan bahwa proyek nuklir sipil antara Moskow dan Teheran sepenuhnya sah dan tidak akan dihentikan.
“Kerja sama kami dengan Teheran di bidang energi nuklir damai sepenuhnya sah dan memenuhi kepentingan kedua negara.
Kerja sama ini akan terus berlanjut dan tidak pernah ditentang oleh siapa pun dengan cara apa pun,” kata Zakharova dalam pengarahan pers, menegaskan posisi Rusia di tengah ketegangan kawasan.
Latar belakangnya, serangan Israel pada 13 Juni 2025 disusul serangan udara AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni memicu Iran menangguhkan sebagian besar kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Sebagai respons, Rusia mendorong agar koordinasi antara Iran dan IAEA diperbaiki, namun dengan syarat perdamaian abadi dan jaminan keamanan bagi fasilitas nuklir Iran ke depan.
Zakharova menyebut, “Syarat utama adalah perdamaian abadi dan jaminan tegas bahwa fasilitas nuklir Iran tidak akan diserang lagi, dan kemampuan verifikasi IAEA tidak boleh disalahgunakan di luar ketentuan hukum internasional.”
Pernyataan Rusia itu praktis menambah kerumitan hubungan Iran dengan IAEA. Iran sendiri kecewa karena IAEA dinilai gagal mengutuk serangan AS dan Israel.
Akibatnya, verifikasi program nuklir Iran tertunda dan berpotensi memicu risiko eskalasi di kawasan Teluk.
Pada saat bersamaan, Iran melalui perwakilannya di PBB, Amir Saeid Iravani, meminta Dewan Keamanan menempatkan fasilitas nuklir Israel di bawah pengawasan IAEA, dengan menuding adanya standar ganda.
Ia menilai Israel, yang diyakini memiliki senjata nuklir, selama ini luput dari pengawasan internasional.
Konflik ini juga terjadi di tengah proses gencatan senjata rapuh yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 24 Juni.
Dengan situasi panas, langkah Rusia untuk memperkokoh proyek nuklir sipil di Iran menimbulkan efek domino bagi stabilitas regional.
Rusia tercatat sudah membantu pembangunan beberapa reaktor nuklir di Iran dan meneken kontrak tambahan dua reaktor lagi awal 2025, memperkuat ikatan strategis kedua negara.
“Pertama-tama, Rusia dan China tidak menginginkan campur tangan AS dalam urusan internal mereka dalam bentuk apa pun,” kata Zakharova dalam pernyataan terpisah di saluran Telegramnya.
Ia menegaskan satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir hanyalah Israel, sementara Iran tetap berada di jalur program nuklir sipil.
Sejumlah analis menilai langkah Rusia ini bisa memicu perlombaan senjata regional terselubung. Pakar Timur Tengah Universitas Moskow, Sergei Ozerov, menilai, “Dengan menegaskan posisi nuklir sipil Iran, Rusia sebenarnya membuka peluang ketegangan baru jika AS atau Israel menolak jaminan keamanan terhadap fasilitas tersebut.”
Konsekuensinya, sektor keamanan regional berpotensi makin rapuh, terutama jika IAEA gagal memulihkan hubungan teknisnya dengan Iran.
Tanpa verifikasi yang kuat, kecurigaan terhadap Iran akan meningkat, membuka celah bagi aksi militer sepihak lain di masa depan.
Ke depan, Rusia diperkirakan tetap memprioritaskan pembangunan reaktor nuklir sipil di Iran sebagai bagian dari perjanjian strategis komprehensif yang diteken Januari lalu.
Namun jika konflik senjata berlanjut, proyek-proyek ini bisa terhambat atau malah dijadikan sasaran berikutnya.
Bagi kawasan, efek domino ketegangan nuklir ini bukan cuma berdampak ke sektor pertahanan, tetapi juga pada stabilitas ekonomi kawasan Teluk, terutama jika eskalasi memicu embargo baru atau gangguan perdagangan minyak.
Langkah diplomasi Rusia untuk meredam kerusakan hubungan Iran-IAEA dinilai menjadi salah satu kunci agar risiko konflik tak makin melebar.
Namun tanpa jaminan perdamaian jangka panjang, kerja sama nuklir damai Rusia-Iran bisa berubah menjadi sumber ketegangan global berikutnya.
0Komentar