![]() |
| Ketegangan meningkat setelah Kanada nyatakan dukungan untuk Palestina. Trump ancam tarif 35% atas produk Kanada jika tak capai kesepakatan sebelum 1 Agustus. (REUTERS/Kevin Lamarque) |
Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Kanada memanas setelah Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, menyatakan secara terbuka dukungan terhadap kemerdekaan Palestina. Presiden AS Donald Trump langsung merespons dengan ancaman tarif impor sebesar 35% terhadap produk Kanada yang tidak tercakup dalam perjanjian dagang United States–Mexico–Canada Agreement (USMCA), jika kesepakatan baru tidak tercapai sebelum 1 Agustus 2025.
Ancaman Trump disampaikan lewat platform Truth Social, hanya beberapa jam setelah Kanada merilis pernyataan resmi soal dukungan terhadap kenegaraan Palestina.
“Wow! Kanada baru saja mengumumkan bahwa mereka mendukung kenegaraan bagi Palestina. Ini akan membuat sangat sulit bagi kami untuk mencapai kesepakatan dagang dengan mereka,” tulis Trump, dikutip Reuters, Kamis (31/7/2025).
Trump menilai langkah Kanada sebagai sinyal yang bisa dianggap mendukung Hamas, kelompok yang dianggap teroris oleh AS. Ia memang menyebut dirinya “tidak berada di kubu” yang menuduh langsung, tapi tekanan lewat jalur ekonomi jadi senjata utamanya untuk mengubah arah kebijakan sekutu dekat itu.
Kanada sendiri menegaskan bahwa rencana pengakuan Palestina tak diberikan begitu saja. Dalam siaran pers pada 30 Juli, Carney menyebut pengakuan akan diberikan jika Otoritas Palestina memenuhi sejumlah syarat penting yaitu pemilu 2026 digelar tanpa Hamas, sandera dibebaskan, senjata dilucuti, dan kelompok militan itu tidak terlibat dalam pemerintahan masa depan.
“Kanada bermaksud mengakui Negara Palestina pada Sidang Umum PBB ke-80 pada September 2025,” ujar Carney. “Kami akan bekerja sama dengan negara-negara lain dalam menyusun rencana perdamaian antara Israel dan Palestina. Proses damai selama ini tidak efektif dan terlalu sering gagal.”
Namun pernyataan itu tidak cukup menenangkan Washington. Trump menganggap posisi Ottawa mengganggu arah perundingan dagang yang tengah berjalan. Ia menuding sikap Kanada bisa memberi kesan bahwa negara-negara Barat mulai bergeser ke arah yang membahayakan stabilitas regional.
Nilai perdagangan antara dua negara ini sangat besar. Kanada adalah mitra dagang terbesar kedua AS setelah Meksiko. Sepanjang 2024, ekspor AS ke Kanada mencapai US$349,4 miliar, sementara Kanada mengekspor produk senilai US$412,7 miliar ke AS. Kanada juga jadi pemasok utama baja dan aluminium bagi berbagai sektor industri AS, dari otomotif sampai konstruksi.
Sementara itu, Carney menyebut perundingan dagang masih berjalan baik. Meski begitu, ia tak yakin kesepakatan bisa dirampungkan sebelum batas waktu. “Negosiasi berlangsung secara konstruktif, tetapi kemungkinan besar tidak akan selesai sebelum batas waktu,” katanya.
Sikap Kanada mendapat dukungan dari sejumlah negara Eropa. Inggris dan Prancis disebut akan mengambil langkah serupa dalam Sidang Umum PBB nanti. Jerman menyatakan mendukung pengakuan kenegaraan sebagai bagian dari proses, tapi tetap menekankan pentingnya jalur negosiasi.
Menteri Luar Negeri Jerman, Karl-Heinz Wadephul, menyebut bahwa posisi Israel makin terisolasi. “Israel semakin menemukan dirinya dalam posisi minoritas,” katanya dalam wawancara dengan media Jerman.
Sebaliknya, pemerintah Israel mengecam keras rencana Kanada. Mereka menyebut pengakuan sepihak seperti itu sebagai “penghargaan atas kebiadaban Hamas”. Tel Aviv menilai langkah tersebut akan makin merusak peluang negosiasi damai yang adil.
Langkah Kanada mencerminkan perbedaan pendekatan di antara sekutu lama. AS dan Israel tetap menolak pengakuan sepihak karena dianggap memperkuat posisi kelompok militan. Kanada dan beberapa negara Eropa melihatnya sebagai langkah mendesak untuk menyelamatkan solusi dua negara, yang kini nyaris mati suri di tengah krisis Gaza.
Carney menyebut, “Penderitaan warga sipil yang terus meningkat tidak memberi ruang bagi penundaan lebih lanjut dalam aksi internasional untuk mendukung perdamaian.”
Kanada juga mengumumkan komitmen bantuan kemanusiaan senilai US$340 juta untuk Gaza. Namun dana tersebut hanya akan disalurkan jika Otoritas Palestina memperlihatkan itikad nyata dalam melakukan reformasi pemerintahan dan memisahkan diri dari kelompok bersenjata.
Kondisi di Gaza sendiri terus memburuk. Sejak serangan besar-besaran Israel dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 60.000 warga Palestina dilaporkan tewas. Kelaparan dan kehancuran infrastruktur semakin memperparah krisis.
Media internasional menyoroti ketegangan ini sebagai simbol pecahnya barisan negara-negara Barat. BBC melaporkan bahwa Eropa mencoba “mengisi kekosongan” yang ditinggalkan AS dalam isu Gaza.
Al Jazeera mencatat bahwa ancaman tarif dari Trump hanya memperdalam jarak diplomatik. Politico melaporkan bahwa perundingan dagang AS–Kanada kini mengalami kebuntuan, dan Washington dianggap hanya “mengulang daftar keluhan lama tanpa solusi baru.”
Di tengah tekanan politik dan ekonomi, muncul kekhawatiran bahwa hubungan jangka panjang antara dua mitra dagang utama ini akan terganggu secara permanen. Carney, dalam berbagai kesempatan, menegaskan bahwa kebijakan luar negeri Kanada tidak bisa ditentukan oleh tekanan tarif.

0Komentar