Panglima IDF Eyal Zamir minta gencatan senjata panjang di Gaza usai 58 ribu tewas, akui Hamas belum kalah dan Israel butuh jeda bangun kekuatan.

Panglima Angkatan Pertahanan Israel (IDF) Jenderal Eyal Zamir secara terbuka mendesak adanya gencatan senjata jangka panjang di Jalur Gaza. Desakan ini muncul setelah hampir dua tahun konflik sejak serangan 7 Oktober 2023, dengan pengakuan bahwa Hamas hingga kini belum berhasil dilumpuhkan meskipun operasi militer telah menewaskan lebih dari 58 ribu warga Palestina dan memporak-porandakan wilayah Gaza.

Dalam pertemuan strategis di markas militer Gililot pekan ini, yang dihadiri Staf Umum dan para komandan operasional, Zamir menegaskan pasukannya membutuhkan “jeda operasional” setelah perang yang ia sebut sebagai salah satu kampanye militer paling kompleks yang pernah dihadapi Israel. 

“Hampir dua tahun operasi berkelanjutan telah mengganggu rencana modernisasi IDF. Kami butuh waktu untuk membangun kembali kekuatan, memulihkan kesiapan, dan menyiapkan 2026 sebagai tahun penguatan,” ujarnya seperti dikutip dari Ynet News.

Meski klaim keberhasilan operasi militer terus digaungkan, termasuk penguasaan wilayah Rafah dan koridor strategis di selatan Gaza, IDF mengakui hasil di medan tempur belum meyakinkan. 

Laporan tahunan IDF memperingatkan bahwa penarikan pasukan dari poros Morag berisiko membuka celah kembalinya militan Hamas, sementara serangan udara yang berlanjut justru memicu gelombang kecaman internasional setelah menewaskan pekerja kemanusiaan dan dua penjaga gereja di Gaza pekan lalu. 

Vatikan dan sejumlah negara Eropa mengecam keras insiden ini, menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap hukum humaniter.

Negosiasi gencatan senjata yang dimediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat sejauh ini mengarah pada rencana gencatan sementara selama 60 hari. 

Namun kesepakatan belum tercapai karena perdebatan mengenai kendali koridor militer, mekanisme distribusi bantuan, serta skema pertukaran sandera. 

Hamas menegaskan gencatan jangka pendek hanya bisa dilakukan jika ada peta jalan menuju penghentian permanen konflik, sebuah tuntutan yang hingga kini belum disepakati Israel.

Data dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikonfirmasi PBB menyebut lebih dari 59 ribu warga Palestina tewas sejak awal konflik, dengan puluhan ribu lainnya luka-luka. 

Infrastruktur vital, termasuk rumah sakit dan fasilitas energi, hancur atau lumpuh. Di tengah situasi itu, kelompok-kelompok lokal di Gaza dilaporkan mulai menentang dominasi Hamas, sementara dukungan finansial Iran disebut menurun, membuat kelompok militan itu semakin tertekan.

Zamir menegaskan bahwa fokus utama IDF ke depan adalah pembebasan sandera yang masih ditahan Hamas, tanpa mengorbankan keselamatan mereka dalam operasi militer. 

“Kami akan terus menekan Hamas, namun prioritas kami adalah mengembalikan para sandera dengan selamat,” ujarnya.

Tekanan internasional semakin besar agar Israel dan Hamas segera menyepakati gencatan senjata jangka panjang. 

Dengan korban sipil yang terus bertambah dan biaya perang yang menekan perekonomian Israel, langkah gencatan ini dinilai penting bukan hanya demi stabilitas kawasan, tetapi juga untuk memulihkan postur militer dan kepercayaan publik dalam negeri.