![]() |
Garuda Indonesia merombak jajaran direksi dan komisaris dalam RUPSLB 30 Juni 2025 sebagai bagian dari strategi pemulihan dan transformasi bisnis. (Shutterstock) |
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Juni 2025, di Jakarta, menandai langkah strategis untuk mempercepat pemulihan kinerja maskapai nasional ini.
RUPSLB menyetujui perombakan signifikan jajaran Dewan Komisaris dan Direksi, diiringi agenda restrukturisasi komprehensif untuk mengatasi kerugian keuangan dan ekuitas negatif.
Langkah ini didukung suntikan modal Rp6,65 triliun dari Danantara, memicu optimisme sekaligus skeptisisme di pasar.
Garuda Indonesia tengah berjuang keluar dari tekanan keuangan yang berat. Pada Kuartal I 2025, maskapai mencatat kerugian bersih Rp1,26 triliun (US$87,03 juta), meskipun pendapatan 2024 tumbuh 16% menjadi Rp56 triliun (US$3,6 miliar).
Ekuitas negatif sebesar US$1,43 miliar, dengan liabilitas US$7,88 miliar melampaui aset US$6,45 miliar, menjadi beban utama.
Sejak 2021, Garuda telah menjalani restrukturisasi ekstensif, termasuk pengelolaan utang, optimasi armada, dan pengendalian biaya operasional.
Namun, tantangan berlanjut, mendorong pemegang saham, khususnya pemerintah melalui saham Seri A Dwiwarna, untuk mengganti sebagian besar pengurus guna mempercepat transformasi.
RUPSLB dihadiri 74,97% pemegang saham, menunjukkan kuorum kuat. Agenda utama mencakup perombakan manajemen dan persetujuan rencana strategis, seperti restorasi armada hingga 100 pesawat pada akhir 2025, peningkatan kapasitas, dan akselerasi pemulihan lalu lintas penumpang.
Wakil Presiden Sekretaris Perusahaan Garuda, Cahyadi Indrananto, menegaskan, “Perubahan susunan pengurus merupakan kewenangan pemegang saham Seri A Dwiwarna, mencerminkan komitmen kuat untuk penyehatan kinerja perusahaan.”
Dewan Direksi baru dipimpin Wamildan Tsani Panjaitan, yang dipertahankan sebagai Direktur Utama untuk menjaga kesinambungan.
Wajah baru termasuk Dani Haikal Irawan (Direktur Operasi), Reza Aulia Hakim (Direktur Niaga), Mukhtaris (Direktur Teknik), dan Eksitarino Irianto (Direktur Human Capital & Corporate Service).
Posisi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko masih kosong, menunggu usulan dari Kementerian BUMN dan Danantara.
Di Dewan Komisaris, Fadjar Prasetyo tetap sebagai Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen, didampingi Glenny Kairupan, Chairal Tanjung, dan nama baru Mawardi Yahya sebagai Komisaris Independen.
Penunjukan Mawardi, eks-Wakil Gubernur Sumatera Selatan, menimbulkan tanda tanya soal independensi, mengingat latar belakang politiknya.
“Perombakan ini menunjukkan pergeseran dari manajemen krisis ke fokus pertumbuhan operasional. Namun, posisi Direktur Keuangan yang kosong bisa jadi sinyal ketidakpastian dalam strategi keuangan jangka pendek,” ujar Dr. Toto Pranoto, analis penerbangan dari Universitas Indonesia.
Perombakan ini berdampak langsung pada strategi operasional dan keuangan Garuda. Pasar menunjukkan respons beragam: saham GIAA melonjak 10% pada 25 Juni 2025 pasca-kabar suntikan modal Danantara, dan naik 5,71% menjadi Rp74 per saham sehari sebelum RUPSLB.
Namun, volatilitas tinggi terlihat, dengan penurunan 9,09% pada 25 Juni dan 10% pada 12 Juni 2025. Secara year-to-date, saham GIAA menguat 18,18%, namun masih dalam “pemantauan khusus” bursa akibat ekuitas negatif.
Investor mengharapkan manajemen baru mampu memanfaatkan suntikan modal untuk ekspansi armada dan efisiensi operasional, seperti penambahan empat pesawat baru dari Lebanon dan Australia serta pembukaan rute Jakarta-Doha.
Namun, risiko tetap besar: ekuitas negatif, beban utang, dan persaingan ketat di industri penerbangan global.
Harga tiket tinggi akibat biaya avtur dan sewa pesawat juga jadi tantangan, seperti diakui Wamildan: “Kami akan atasi harga tiket dengan mengelola biaya avtur dan sewa pesawat secara lebih efisien.”
Manajemen baru memiliki mandat jelas: meningkatkan kesehatan keuangan, efisiensi operasional, dan daya saing pasar.
Fokus pada restorasi armada dan ekspansi rute, seperti 68 penerbangan tambahan pada Januari-Februari 2025, menunjukkan ambisi merebut pangsa pasar.
Namun, keberhasilan bergantung pada pengisian posisi Direktur Keuangan yang kosong dan kemampuan menavigasi tekanan eksternal, seperti fluktuasi harga avtur dan nilai tukar.
“Garuda punya peluang bangkit jika manajemen baru konsisten menjalankan restrukturisasi dan memanfaatkan dukungan pemerintah tanpa terjebak agenda politik,” kata William T. Hartono, analis pasar modal dari Mirae Asset Sekuritas. “Pasar akan memantau kuartal mendatang untuk melihat apakah perubahan ini membawa profitabilitas atau hanya euforia sementara.”
Perombakan pengurus Garuda Indonesia mencerminkan upaya menyeimbangkan efisiensi komersial dengan peran strategis sebagai maskapai nasional.
Dengan suntikan modal dan kepemimpinan baru, Garuda berpeluang “terbang tinggi lagi,” namun tantangan keuangan dan ekspektasi pemangku kepentingan akan menguji kemampuan tim baru.
Kuartal mendatang menjadi penentu apakah langkah ini benar-benar strategis atau hanya perubahan kosmetik.
0Komentar