![]() |
Garuda Indonesia mengumumkan rencana ambisius untuk membeli 50–75 unit pesawat Boeing tipe 737 Max dan 787-9 guna memperkuat dominasi di pasar internasional. (JIBI) |
Garuda Indonesia, maskapai penerbangan pelat merah, tengah bersiap menggebrak industri aviasi dengan rencana ambisius membeli 50-75 unit pesawat Boeing canggih.
Langkah ini diumumkan pada Jumat, 4 Juli 2025, sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat dominasi di bisnis penerbangan, terutama di pasar internasional.
Rencana ini menargetkan pesawat Boeing 737 Max 8 dan 787-9, yang dikenal unggul dalam efisiensi bahan bakar serta kenyamanan penumpang.
Langkah ini bakal berdampak besar pada daya saing Garuda, penumpang, hingga perekonomian aviasi nasional, meski masih dalam tahap penjajakan awal.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, mengungkapkan rencana ini kepada wartawan di Jakarta.
"Kita masih penjajakan untuk kemungkinan pembelian pesawat Boeing antara 50-75 pesawat," ujarnya, seraya menegaskan bahwa diskusi masih berfokus pada model 737 Max dan 787 Max.
Meski belum final, jumlah pesawat yang direncanakan ini menunjukkan ambisi besar Garuda untuk memperluas armada dan meningkatkan pengalaman penumpang.
Wamildan menekankan, pesawat-pesawat ini dipilih karena standar keamanan dan kenyamanan tinggi, yang diharapkan memanjakan penumpang di tengah persaingan ketat industri penerbangan.
Rencana pembelian ini bukan tanpa konteks. Garuda Indonesia tengah menjalani transformasi besar-besaran untuk pulih dari tantangan keuangan.
Pada 2024, maskapai ini mencatatkan kerugian bersih sebesar US$69,78 juta atau setara Rp1,13 triliun (kurs Rp16.200/US$).
Untuk mendukung transformasi ini, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) melalui PT Danantara Asset Management memberikan pinjaman pemegang saham sebesar US$405 juta atau Rp6,65 triliun pada 24 Juni 2025.
Chief Operating Officer Danantara Indonesia, Dony Oskaria, menyebutkan bahwa dana ini merupakan bagian dari total dukungan pendanaan senilai US$1 miliar atau Rp31,8 triliun (kurs Rp16.400/US$).
"Penyaluran dana ini adalah bentuk nyata dari mandat transformasi yang kami emban, dengan pendekatan yang profesional, terukur, dan mengedepankan prinsip tata kelola yang baik," kata Dony di Jakarta.
Meski dana tersebut dialokasikan untuk pemeliharaan, perbaikan, dan pemeriksaan armada, langkah ini membuka peluang bagi Garuda untuk memperkuat posisi finansialnya, yang dapat mendukung rencana ekspansi armada.
Menurut data dari laporan Bloomberg dan Investing.com, pembelian 50-75 pesawat Boeing ini berpotensi menjadi salah satu kesepakatan terbesar dalam sejarah Garuda Indonesia.
Sebagai gambaran, harga satu unit Boeing 737 Max 8 diperkirakan mencapai US$110 juta, sementara Boeing 787-9 bisa mencapai US$280 juta per unit, tergantung pada spesifikasi dan negosiasi.
Jika rencana ini terealisasi, nilai total pembelian bisa mencapai US$5,5 miliar hingga US$13,5 miliar (setara Rp90,2 triliun hingga Rp221,4 triliun).
Angka ini menunjukkan skala ambisi Garuda untuk bersaing dengan maskapai global seperti Singapore Airlines atau Emirates.
Langkah ini juga mencerminkan optimisme Garuda terhadap pertumbuhan pasar aviasi Indonesia.
Berdasarkan data Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), permintaan penerbangan di Asia Pasifik diproyeksikan tumbuh 7% per tahun hingga 2030, didorong oleh meningkatnya kelas menengah dan konektivitas regional.
Dengan armada baru, Garuda berpotensi memperluas rute internasional, seperti ke Eropa dan Amerika, yang selama ini menjadi target strategis.
Namun, rencana ini bukannya tanpa tantangan. Pengamat aviasi dari Universitas Indonesia, Dr. Irfan Nugroho, menilai bahwa Garuda perlu memastikan pendanaan yang berkelanjutan untuk mewujudkan pembelian ini.
"Pinjaman dari Danantara memang membantu, tapi Garuda harus cermat mengelola utang agar tidak membebani neraca keuangan di masa depan," katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya negosiasi dengan Boeing untuk mendapatkan harga kompetitif, mengingat saingan seperti Airbus juga tengah agresif menawarkan produknya di pasar Asia.
Di sisi lain, rencana ini mendapat sambutan positif dari pelaku industri. Ketua Asosiasi Perusahaan Penerbangan Indonesia (INACA), Denon Prawiraatmadja, menyebut langkah Garuda sebagai sinyal kuat kebangkitan industri aviasi nasional.
"Ekspansi armada Garuda akan mendorong multiplier effect, mulai dari penciptaan lapangan kerja hingga peningkatan pariwisata," ujarnya.
Meski masih dalam tahap penjajakan, rencana Garuda Indonesia untuk memborong 50-75 pesawat Boeing menunjukkan visi besar untuk menguasai langit Asia.
Dengan dukungan finansial dari BPI Danantara dan fokus pada kenyamanan penumpang, Garuda tampaknya sedang mempersiapkan diri untuk lepas landas ke level berikutnya.
Namun, keberhasilan rencana ini akan bergantung pada eksekusi yang cermat dan kemampuan maskapai untuk menavigasi tantangan keuangan di tengah dinamika industri yang kompetitif.
0Komentar