Dubes Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, membantah adanya gencatan senjata dengan Israel. Iran menyebut penghentian serangan hanya aksi bela diri setelah agresi mereda. (Foto: kumparan.com)

Iran menegaskan tidak ada gencatan senjata dengan Israel, meluruskan narasi soal konflik yang memanas di Timur Tengah. Pernyataan ini disampaikan Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, pada Kamis (3/7/2025) di kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat. 

Eskalasi militer yang meletus pada 13 Juni 2025 telah menarik perhatian dunia, dengan dampak besar pada stabilitas kawasan dan diplomasi global.  


Bukan Gencatan Senjata, Hanya Hentikan Aksi Bela Diri

Boroujerdi dengan tegas membantah adanya perjanjian gencatan senjata dengan Israel. “Tidak ada gencatan senjata di antara kami. Yang ada adalah dikarenakan aksi agresi terhadap Iran berhenti, maka aksi bela diri kami berhenti,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa Iran hanya merespons serangan, bukan memulai konflik. “Kami tidak pernah melakukan serangan kepada negara lain. Kami selalu melakukan bela diri,” tegasnya.

Konflik bermula saat Israel melancarkan serangan udara pada 13 Juni 2025 ke fasilitas militer, nuklir, dan sipil Iran. Iran membalas dengan rudal dan drone ke wilayah Israel. 

Meski Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata pada 24 Juni 2025, yang dimediasi Qatar, Boroujerdi menegaskan bahwa Iran tidak terikat perjanjian formal. Penghentian aksi militer Iran, katanya, hanya karena agresi Israel mereda.


Kepercayaan Diplomasi Runtuh

Boroujerdi menyoroti bahwa serangan Israel terjadi saat Iran sedang menjalani negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat, yang telah mencapai lima putaran.

“Rezim Zionis menyerang pada saat kami sudah lima kali melakukan negosiasi langsung dengan mereka berkaitan dengan aktivitas nuklir,” ungkapnya. 

Serangan itu, menurutnya, “memutus jembatan kepercayaan” yang telah dibangun, membuat diplomasi nuklir kini terhambat. 

“Sekarang kami sedang berada dalam tahap harus membangun percaya, rasa percaya antara satu sama lain,” tambahnya.

Laporan Reuters (23/6/2025) menyebutkan bahwa pengumuman gencatan senjata oleh Trump sempat dikonfirmasi media Iran, namun tanpa pernyataan resmi dari Israel. 

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi juga menyatakan tidak ada perjanjian formal, hanya penghentian respons jika Israel berhenti menyerang, menurut The New York Times (23/6/2025). 

Pernyataan Boroujerdi memperkuat sikap Iran bahwa tidak ada komitmen gencatan senjata.


Dampak dan Ketegangan Berlanjut

Pernyataan Boroujerdi memicu kekhawatiran akan ketegangan lanjutan di Timur Tengah. Harga minyak dunia melonjak 3,2% akibat ketidakpastian pasokan energi, menurut Bloomberg (24/6/2025). 

Analis politik dari Universitas Indonesia, Dr. Andi Widjajanto, menilai pernyataan ini sebagai upaya Iran mempertahankan posisi kuat di mata dunia. 

“Iran ingin menunjukkan mereka tidak terpojok meski diserang. Ini sinyal diplomatik yang kuat,” katanya.

Hingga 5 Juli 2025, situasi tetap rawan. The Guardian (24/6/2025) melaporkan kedua belah pihak saling tuding melanggar gencatan senjata informal. 

Tanpa perjanjian resmi, ancaman eskalasi masih mengintai, dengan dampak potensial pada ekonomi dan keamanan global.