Lebih dari 12.000 hulu ledak nuklir masih tersebar di berbagai negara, memunculkan kekhawatiran baru di tengah meningkatnya ketegangan India-Pakistan dan konflik regional lainnya. (Shutterstock)

Situasi di kawasan Asia Selatan kembali memanas. India dan Pakistan, dua negara yang sama-sama memiliki senjata nuklir, terlibat bentrokan di wilayah sengketa Kashmir. Ketegangan terbaru dipicu oleh serangkaian tembakan lintas batas yang terus terjadi dalam beberapa hari terakhir. 

Hingga kini, belum ada tanda-tanda bahwa kedua negara akan menggunakan senjata nuklir. Namun, intensitas serangan yang meningkat memunculkan kekhawatiran dunia akan potensi pecahnya perang nuklir.

Laporan dari militer Pakistan pada Sabtu pagi, 10 Mei 2025, menyebut bahwa India telah meluncurkan serangan terhadap tiga pangkalan Angkatan Udara Pakistan. Serangan ini disebut sebagai bagian dari respons atas ketegangan yang meningkat pascainsiden penembakan bulan lalu di wilayah Kashmir India, yang menewaskan banyak warga sipil.

Kondisi ini menghidupkan kembali prediksi sejumlah pengamat. Salah satunya, laporan dari surat kabar ilmiah Routledge, pernah meramalkan bahwa konflik berskala besar—termasuk kemungkinan penggunaan senjata nuklir—bisa terjadi antara India dan Pakistan pada tahun 2025, terutama jika dipicu oleh aksi terorisme besar.

Amerika Serikat Masih Jadi Pemegang Senjata Nuklir Terbanyak

Menurut data terbaru per Januari 2024, terdapat total 12.121 hulu ledak nuklir yang tersebar di berbagai negara. Meskipun upaya perlucutan senjata terus digalakkan, jumlah tersebut masih menunjukkan betapa besarnya potensi kehancuran yang tersimpan.
 

Amerika Serikat dan Rusia masih mendominasi peta senjata nuklir global. Rusia memiliki sekitar 5.580 hulu ledak, sementara AS memiliki 5.044. Kedua negara ini menguasai lebih dari 87% total persenjataan nuklir dunia.

Selain mereka, sejumlah negara lain juga punya kekuatan nuklir yang signifikan. China diperkirakan memiliki sekitar 500 hulu ledak, Prancis 290, dan Inggris 225.

Di Timur Tengah, Israel menjadi salah satu kekuatan nuklir yang kontroversial. Meskipun tidak pernah secara resmi mengakui memiliki senjata nuklir, berbagai analisis memperkirakan Israel menyimpan sekitar 90 hulu ledak. Keberadaan arsenal tersebut memberikan Israel keunggulan strategis, terutama dalam menghadapi musuh bebuyutannya, Iran.

Ketegangan Timur Tengah Juga Meningkat

Hubungan antara Israel dan Iran sejak lama diliputi permusuhan. Iran dicurigai mengembangkan program nuklirnya, meskipun belum pernah secara terbuka mengumumkan keberhasilan memiliki senjata nuklir.

Israel, yang menganggap program tersebut sebagai ancaman serius, tidak segan melancarkan serangan terhadap fasilitas-fasilitas Iran. Beberapa waktu terakhir, ketegangan di kawasan ini meningkat dengan terjadinya serangan rudal dan ancaman pembalasan.

Di Asia Selatan, selain konflik India-Pakistan, Korea Utara juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Meski hanya memiliki sekitar 50 hulu ledak, pendekatan Pyongyang yang agresif dan sering mengabaikan norma internasional membuatnya dianggap sebagai ancaman besar terhadap stabilitas Asia Timur.

Dunia Kembali Dihantui Bayang-Bayang Nuklir

Ancaman nuklir bukan lagi sesuatu yang hanya dibahas dalam buku sejarah atau era Perang Dingin. Kini, dalam konteks konflik modern dan ketegangan geopolitik yang terus meningkat, kekhawatiran akan senjata pemusnah massal kembali relevan.

Kepemilikan 12.121 hulu ledak nuklir di dunia bukan sekadar angka. Itu adalah simbol dari bahaya laten yang terus mengintai umat manusia. Dalam situasi global yang masih rapuh secara diplomatik, penggunaan senjata nuklir—baik disengaja atau tidak—bisa membawa kehancuran berskala besar.

Oleh karena itu, komunitas internasional dihadapkan pada tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa jalur diplomasi selalu menjadi pilihan utama, dan bahwa potensi bencana nuklir bisa dicegah sedini mungkin.