![]() |
| Presiden AS Donald Trump saat berbicara kepada wartawan di Air Force One | AFP/ANDREW HARNIK |
Amerika Serikat akan segera memulai operasi berbasis darat untuk menekan dugaan jaringan perdagangan narkoba asal Venezuela. Hal itu disampaikan Presiden Donald Trump pada Kamis waktu setempat saat berbicara dalam konferensi video dengan pasukan AS pada pidato Thanksgiving dari kediamannya di Mar-a-Lago, Florida. Langkah tersebut menjadi eskalasi terbaru setelah operasi maritim yang telah menewaskan sedikitnya 83 orang sejak September.
Trump menyebut upaya pencegatan melalui laut telah menekan jalur penyelundupan narkoba hingga 85 persen dan Washington akan memperluas operasi ke jalur darat.
“Kami juga akan mulai menghentikan mereka melalui darat. Melalui darat lebih mudah, tetapi itu akan dimulai sangat segera,” ujar Trump kepada anggota militer yang terlibat dalam Operation Southern Spear, mengutip laporan CNN.
Pengumuman tersebut berlangsung di tengah pengerahan militer AS terbesar di kawasan Karibia sejak masa Perang Dingin. Sekitar 15.000 personel kini berada di wilayah sekitar Venezuela.
USS Gerald R. Ford, kapal induk tercanggih Angkatan Laut AS, tiba di perairan Karibia pada 16 November bersama kelompok tempurnya yang membawa pesawat tempur F-35C dan sistem persenjataan lanjutan.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth yang mengunjungi kapal induk tersebut pada Kamis menyebut operasi itu bertujuan “menghilangkan narko-teroris dari belahan bumi kita”.
Operation Southern Spear sejauh ini mencakup delapan kapal perang, pembom strategis B-52 yang melakukan penerbangan dekat garis pantai Venezuela, serta penggunaan kapal tanpa awak untuk misi pengawasan.
Awal pekan ini, Departemen Luar Negeri AS menetapkan Cartel de los Soles yang menurut Washington dikendalikan Presiden Venezuela Nicolás Maduro sebagai organisasi teroris asing.
CNN melaporkan bahwa pejabat pemerintahan dalam pengarahan tertutup kepada anggota parlemen menyatakan bahwa AS belum memiliki otorisasi hukum untuk operasi militer di dalam wilayah Venezuela, meski opsi tersebut tidak ditutup sepenuhnya.
Menanggapi manuver militer AS, Presiden Maduro mengerahkan sekitar 200.000 personel dan menempatkan militer Venezuela dalam status siaga penuh. Ia menuding operasi tersebut sebagai upaya terselubung untuk menggulingkan pemerintahannya.
“Rakyat Venezuela tidak akan terintimidasi,” kata Maduro dalam pidato yang disiarkan televisi nasional, seraya berjanji mempertahankan kedaulatan negara.
Rusia dan Tiongkok menyatakan dukungan kepada Caracas. Presiden Vladimir Putin menyampaikan “solidaritas yang tak tergoyahkan” kepada Maduro melalui sebuah surat resmi, menurut laporan media pemerintah Venezuela dan BBC.
Ketegangan yang meningkat turut berdampak pada sektor penerbangan komersial. Pemerintah Venezuela pada Rabu mencabut izin operasi enam maskapai asing termasuk Iberia, TAP, Turkish Airlines, Avianca, LATAM, dan Gol setelah perusahaan tersebut menangguhkan penerbangan menyusul peringatan Federal Aviation Administration (FAA) AS mengenai “peningkatan aktivitas militer” di wilayah udara sekitar Venezuela.
Caracas menuding maskapai terlibat dalam “terorisme negara yang dipromosikan Amerika Serikat”, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Belum ada penjelasan lebih lanjut dari Gedung Putih mengenai jadwal pasti dimulainya operasi darat ataupun cakupan wilayah yang ditargetkan. Sejauh ini Washington menegaskan operasi tersebut dilakukan untuk memutus jalur peredaran narkoba yang disebut telah mengalir ke wilayah AS dan negara-negara tetangga.

0Komentar