![]() |
| Pertamina mencatat kontribusi negara tertinggi di antara BUMN, menembus Rp 300 triliun per tahun. | Pertamina |
Pertamina melaporkan kontribusi fiskal dan keuangan yang kembali menembus lebih dari Rp 300 triliun per tahun. Penjelasan itu disampaikan Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI yang berlangsung di Jakarta, Rabu, 19 November 2025. Angka tersebut meliputi setoran pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan dividen pada kurun 2022–2025.
Kontribusi tahunan Pertamina tercatat Rp 382,4 triliun pada 2022, Rp 360,8 triliun pada 2023, dan Rp 401,8 triliun pada 2024. Hingga September 2025, realisasi sementara mencapai Rp 261,9 triliun. Kontribusi hingga September 2025 berada di kisaran Rp 262 triliun, dengan porsi terbesar berasal dari pajak.
Dalam paparannya, Oki menyebutkan bahwa kontribusi Pertamina masih menjadi yang terbesar di antara BUMN lain. “Kontribusi Pertamina kepada negara ini tentunya menjadi kontribusi yang terbesar dibandingkan dengan BUMN yang lain,” ujarnya.
Pertamina juga menyampaikan perkembangan setoran dividen untuk tahun buku 2024 yang dibayarkan pada 2025 kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara Indonesia. Total dividen ditetapkan Rp 42,1 triliun, dan Rp 23 triliun di antaranya telah direalisasikan hingga September 2025.
“Harapannya akan memberikan dividen yang terbesar kepada Danantara yaitu Rp 42,1 triliun, dan Rp 23 triliun rupiah sudah direalisasikan hingga September 2025 ini,” kata Oki.
Kontribusi Pertamina sepanjang Januari–Juli 2025 mencapai Rp 225,6 triliun, terdiri atas dividen Rp 42,1 triliun, pajak Rp 122 triliun, dan PNBP Rp 61,5 triliun.
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, sebelumnya juga menegaskan bahwa kontribusi tahunan perusahaan konsisten berada di atas Rp 300 triliun. Pertamina dalam kesempatan lain menyampaikan dukungan terhadap program pemerintah, termasuk penyediaan BBM Satu Harga di wilayah 3T.
Perseroan turut menyampaikan proyeksi kinerja keuangan 2025. Pendapatan diperkirakan mencapai USD 68,7 miliar atau sekitar Rp 1.127 triliun, EBITDA USD 9,6 miliar setara Rp 158 triliun, dan laba bersih USD 3,3 miliar atau kurang lebih Rp 54 triliun. Target tersebut dicapai di tengah tekanan eksternal seperti volatilitas nilai tukar, penurunan harga minyak mentah Indonesia (ICP), serta koreksi harga MOPS solar.
Oki menegaskan bahwa gejolak harga komoditas dan nilai tukar menjadi tantangan utama tahun ini. Meski begitu, Pertamina masih mempertahankan peringkat kredit investment grade sebagai indikator stabilitas keuangan dan tata kelola perusahaan.
“Pencapaian ini menegaskan peran Pertamina sebagai agen pembangunan nasional yang tidak hanya melalui bidang energi tapi juga melalui bidang fiskal, keuangan yang menopang perekonomian negara,” ujar Oki.
Pada 2023, kontribusi total Pertamina ke penerimaan negara mencapai Rp 425,5 triliun, terdiri atas pajak Rp 224,53 triliun, PNBP Rp 66,17 triliun, serta dividen dan signature bonus Rp 14,03 triliun. Perseroan juga memberikan kontribusi melalui MMKBN sebesar Rp 120,79 triliun dan menyerap TKDN senilai Rp 374 triliun.
Di sisi lain, Pertamina melanjutkan program transformasi energi. Perusahaan tengah mengembangkan produksi sustainable aviation fuel (SAF) berbahan baku used cooking oil, revitalisasi fasilitas gas seperti tangki Arun, pembangunan tangki BBM, hingga pengembangan pilot plant hidrogen di sejumlah lokasi.

0Komentar