Pertumbuhan uang beredar M2 melambat jadi 7,7% di Oktober 2025, penyaluran kredit perbankan turun di tengah tekanan capital outflow dan suku bunga tinggi.

Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mencapai Rp9.783,1 triliun pada Oktober 2025. Angka tersebut tumbuh 7,7 persen secara tahunan (year on year), melambat dibandingkan September yang tercatat 8 persen. Perlambatan terjadi seiring turunnya penyaluran kredit perbankan dan tekanan arus keluar modal asing.

Dalam keterangan resminya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyebut pertumbuhan M2 ditopang kenaikan uang beredar sempit (M1) sebesar 11 persen dan uang kuasi yang meningkat 5,5 persen. 

Perkembangan uang beredar dipengaruhi aktiva luar negeri bersih yang tumbuh 10,4 persen, penyaluran kredit 6,9 persen, serta tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat yang meningkat 5,4 persen.

Penyaluran kredit bank tercatat tumbuh 7,36 persen pada Oktober, turun dari 7,70 persen pada bulan sebelumnya. Berdasarkan laporan BCA Sekuritas dan pemberitaan Bisnis Indonesia, permintaan kredit belum kuat karena pelaku usaha masih menahan ekspansi, optimalisasi pembiayaan internal korporasi, serta bunga kredit yang masih relatif tinggi.

Fasilitas kredit yang belum dicairkan (undisbursed loan) mencapai Rp2.450,7 triliun atau sekitar 22,97 persen dari total plafon kredit. Namun dari sisi suplai, kemampuan pembiayaan perbankan dinilai masih longgar dengan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) meningkat menjadi 29,47 persen dan pertumbuhan DPK mencapai 11,48 persen.

“Dari sisi penawaran, kapasitas bank dalam menyalurkan kredit masih memadai,” tertulis dalam laporan Kontan terkait tren penyaluran kredit Oktober 2025. BI memproyeksikan pertumbuhan kredit tahun ini berada di batas bawah kisaran target 8–11 persen sebelum meningkat pada 2026.

Perlambatan pertumbuhan likuiditas terjadi di tengah tekanan eksternal. Berdasarkan data BI yang dikutip Infobanknews dan Kompas, modal asing keluar dari pasar keuangan domestik mencapai Rp4,58 triliun pada awal November 2025, terutama dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah BI.

Analis pasar obligasi yang dikutip Kontan menilai penurunan uang beredar berkaitan dengan keluarnya dana asing seiring meningkatnya volatilitas global.

Dalam Rapat Dewan Gubernur pada 18–19 November 2025, BI mempertahankan BI-Rate di level 4,75 persen untuk menjaga stabilitas rupiah. Keputusan tersebut diumumkan melalui publikasi resmi Bank Indonesia.

Inflasi Oktober tercatat 2,86 persen secara year on year, masih dalam rentang sasaran BI 2,5 persen ±1 persen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Trading Economics.

“Keputusan mempertahankan suku bunga sejalan dengan upaya stabilisasi nilai tukar di tengah ketidakpastian global,” tulis BI dalam pernyataan tertulisnya.