![]() |
| Langkah empat perusahaan minyak besar China menghentikan pembelian minyak Rusia usai sanksi baru Amerika Serikat terhadap Rosneft dan Lukoil. (Wikimedia Commons) |
Sejumlah perusahaan minyak raksasa milik negara China menghentikan sementara pembelian minyak mentah laut asal Rusia setelah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru terhadap dua perusahaan energi terbesar Rusia, Rosneft dan Lukoil. Langkah itu memicu gejolak di pasar minyak global dan meningkatkan kekhawatiran soal pasokan.
Menurut laporan Reuters pada Kamis (23/10/2025), PetroChina, Sinopec, CNOOC, dan Zhenhua Oil memutuskan untuk menangguhkan transaksi minyak Rusia melalui jalur laut karena khawatir terkena sanksi sekunder dari Washington. Kebijakan tersebut diambil hanya sehari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan paket sanksi ekonomi besar terhadap Rusia.
Sanksi itu diumumkan pada Rabu (22/10/2025), menandai langkah ekonomi paling keras terhadap Moskow selama masa jabatan kedua Trump.
Departemen Keuangan AS memberi waktu kepada perusahaan-perusahaan global hingga 21 November untuk menghentikan kerja sama dengan Rosneft dan Lukoil.
“Mengingat penolakan Presiden Putin untuk mengakhiri perang tanpa arti ini, Departemen Keuangan memberlakukan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia yang mendanai mesin perang Kremlin,” ujar Menteri Keuangan AS Scott Bessent, dikutip dari pernyataan resmi lembaganya (U.S. Treasury, 23/10/2025).
Sanksi tersebut membekukan seluruh aset Rosneft dan Lukoil di Amerika Serikat serta melarang entitas AS melakukan bisnis dengan kedua perusahaan tersebut. Secara gabungan, keduanya menyumbang sekitar 70% ekspor minyak mentah Rusia atau sekitar 3,1 juta barel per hari.
Langkah Beijing untuk menghentikan pembelian minyak Rusia langsung mengguncang pasar. Harga minyak dunia melonjak lebih dari 5% pada Kamis, dengan minyak mentah Brent naik ke level 65,70 dolar AS per barel dan WTI mencapai 61,62 dolar AS per barel. Struktur kontrak berjangka pun kembali ke backwardation, menandakan pasokan jangka pendek yang makin ketat.
“Pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka dari isu kelebihan pasokan ke potensi gangguan pasokan,” kata analis energi UBS Giovanni Staunovo kepada Reuters.
China selama ini mengimpor sekitar 1,4 juta barel minyak Rusia per hari melalui laut, dengan porsi 250.000 hingga 500.000 barel berasal dari perusahaan milik negara. Minyak Rusia menyumbang hampir 20% dari total impor minyak China.
Beberapa sumber perdagangan menyebut, Unipec yang merupakan lengan dagang Sinopec sudah lebih dulu menghentikan pembelian minyak Rusia sejak pekan lalu, setelah Inggris menerapkan sanksi serupa terhadap Rosneft dan Lukoil.
Sementara itu, kilang-kilang independen atau teapot refiners di China juga dikabarkan menahan pembelian sambil memantau dampak kebijakan baru AS.
Meski pembelian lewat laut terganggu, impor minyak Rusia melalui pipa diperkirakan tetap berjalan normal. PetroChina masih menyalurkan sekitar 900.000 barel per hari lewat jalur darat berdasarkan perjanjian antarnegara yang dinilai tidak akan terdampak langsung oleh sanksi.
Langkah kolektif dari perusahaan minyak besar China ini, ditambah dengan kabar bahwa India juga berencana memangkas impor minyak mentah Rusia, berpotensi menekan pendapatan Moskwa secara signifikan. Kondisi ini memaksa negara-negara pengimpor untuk mencari pasokan alternatif dari Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Latin.

0Komentar