Analisis TechInsights mengungkap prosesor AI Huawei Ascend 910C masih memakai komponen dari TSMC, Samsung, dan SK Hynix meski pembatasan ekspor AS diberlakukan. (Bloomberg)

Analisis menyeluruh dari perusahaan riset TechInsights mengungkap bahwa prosesor kecerdasan buatan (AI) unggulan Huawei, Ascend 910C, masih mengandung sejumlah komponen penting dari perusahaan asing seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC), Samsung, dan SK Hynix. 

Temuan ini muncul meskipun Amerika Serikat telah memberlakukan pembatasan ekspor ketat selama bertahun-tahun untuk mencegah transfer teknologi semacam itu ke perusahaan teknologi asal Tiongkok tersebut.

Laporan itu, yang dirilis usai pembongkaran beberapa unit chip 910C oleh TechInsights yang berbasis di Ottawa, Kanada, menyebut bahwa die semikonduktor utama chip itu diproduksi oleh TSMC. 

Sementara itu, Samsung dan SK Hynix diketahui memasok memori bandwidth tinggi generasi lama atau High Bandwidth Memory (HBM2E) yang terpasang dalam chip tersebut. 

Hasil pembongkaran itu menunjukkan bahwa, di tengah ambisi besar Beijing membangun industri semikonduktor AI mandiri, ketergantungan China terhadap perangkat keras dari luar negeri masih belum bisa dihapus sepenuhnya.

Penelusuran lebih lanjut mengungkap bagaimana Huawei tetap bisa mendapatkan komponen yang semestinya dibatasi melalui perusahaan perantara. Salah satunya adalah Sophgo, perusahaan Tiongkok yang diketahui memesan chip TSMC tanpa mengungkapkan bahwa pesanan tersebut ditujukan untuk Huawei. 

Menurut sumber Reuters, TSMC memproduksi sekitar 2,9 juta die untuk Sophgo yang kemudian digunakan dalam akselerator AI Huawei. Jumlah tersebut cukup untuk menopang produksi Ascend 910C hingga akhir tahun ini.

TSMC menghentikan seluruh pengiriman ke Sophgo pada Oktober 2024 setelah TechInsights melaporkan temuan tersebut ke otoritas Amerika Serikat. 

Perusahaan asal Taiwan itu kini berpotensi menghadapi denda lebih dari US$1 miliar dari Departemen Perdagangan AS atas dugaan pelanggaran pengendalian ekspor.

“TSMC mematuhi semua aturan pengendalian ekspor dan tidak memasok Huawei sejak pertengahan September 2020,” kata perusahaan itu dalam pernyataan resmi yang dikutip The Business Times. “Perangkat keras 910C yang dianalisis tampaknya menggunakan die yang diproduksi pada Oktober 2024, bukan komponen yang lebih baru.”

Meski Huawei disebut berhasil mengamankan pasokan chip dari TSMC untuk kebutuhan jangka pendek, persoalan lain muncul dari sisi ketersediaan memori bandwidth tinggi atau HBM, salah satu komponen paling krusial dalam chip AI. 

Data yang dihimpun Apluswire.com menunjukkan bahwa Samsung telah memasok sekitar 11,4 juta tumpukan HBM ke Tiongkok. 

Menariknya, sebanyak 7 juta unit di antaranya dikirim hanya dalam kurun satu bulan, yakni antara pengumuman dan penerapan pembatasan ekspor AS terhadap HBM2E dan memori lebih canggih pada Desember 2024.

Meski jumlah pasokan yang masuk terbilang besar, analis memperkirakan stok HBM di pasar Tiongkok akan habis pada akhir 2025. 

Kondisi ini menjadi tantangan besar karena produsen memori domestik seperti ChangXin Memory Technologies (CXMT) diperkirakan hanya mampu memproduksi 2,2 juta tumpukan HBM pada 2026. 

Angka itu cukup untuk memproduksi antara 250.000 hingga 400.000 unit chip Ascend 910C jauh di bawah target produksi Huawei yang menargetkan 600.000 unit pada tahun yang sama.

Ascend 910C sendiri merupakan chip AI yang dirancang dengan menggabungkan dua prosesor 910B dalam satu paket. 

Kinerjanya diklaim mencapai sekitar setengah dari performa chip Nvidia H100, namun tetap menjadi akselerator AI domestik paling kompetitif di Tiongkok di tengah pembatasan teknologi dari Amerika Serikat.

Di sisi lain, situasi ini memperlihatkan bahwa upaya Washington menekan kemajuan teknologi Beijing melalui kebijakan ekspor belum sepenuhnya berhasil menutup celah. 

Namun, dengan stok yang terbatas dan keterlambatan pengembangan teknologi memori domestik, kapasitas produksi Huawei dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan akan sangat bergantung pada seberapa cepat Tiongkok bisa mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasok luar negeri.