Sejak dahulu kala, mobilitas manusia dan barang di Nusantara telah menjadi bagian penting dalam perkembangan peradaban. Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulau dan jalur laut yang luas, punya sejarah transportasi yang panjang dan berlapis.
Transformasi moda transportasi di Indonesia berlangsung dari masa ke masa, mulai dari angkutan tradisional hingga sistem modern seperti MRT, yang mencerminkan perubahan sosial, kemajuan teknologi, dan berbagai tantangan yang menyertainya.
Pada masa kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit, jalur laut menjadi urat nadi perdagangan dan mobilitas identitas politik.
Posisi geografis Indonesia membuat jalur laut termasuk Selat Malaka dan Selat Sunda berperan sebagai gerbang rempah dan pertukaran antar-benua.
Di tepi darat, masyarakat memakai perahu bercadik, rakit, atau alat sederhana lainnya. seiring berkembangnya teknologi, hadir pula kendaraan seperti kereta kuda, dokar, dan becak, terutama di kawasan perkotaan dan pedesaan.
Becak, misalnya, muncul sebagai moda lokal di banyak kota di Indonesia. Walaupun sederhana dan dengan kapasitas kecil, becak punya peran penting dalam mobilitas sehari-hari terutama di area padat yang sulit dijangkau kendaraan bermotor.
Transportasi pada masa kolonial Belanda
Memasuki era kolonial, Belanda memperkenalkan sistem transportasi yang lebih terstruktur. Di Batavia (kini Jakarta), trem kuda muncul pada tahun 1869 sebagai moda transportasi umum awal. Kemudian trem listrik menggantikan trem kuda dalam beberapa dekade berikutnya.
Kereta api juga menjadi bagian penting. Jalur kereta api modern pertama dibangun pada masa Hindia Belanda untuk menghubungkan kota, perkebunan, dan pelabuhan. Begitu pula kapal uap yang dioperasikan sejak tahun-tahun awal kolonial untuk melayani rute antarpulau.
Infrastruktur seperti jalan raya dan rel kereta api semakin diperluas untuk mendukung pengangkutan barang ekspor dan impor, terutama rempah-rempah dan hasil pertanian.
Era baru transportasi Indonesia pascakemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, pembangunan jalan nasional dan jembatan menjadi fokus utama untuk menghubungkan daerah-daerah terpencil. Pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi memicu lonjakan penggunaan kendaraan bermotor seperti mobil, truk, dan sepeda motor.
Di kota-kota besar, muncul kebutuhan akan transportasi umum massal untuk menampung pergerakan penduduk harian. Bus kota, mikrolet, angkot, dan becak motor menjadi moda pilihan. Namun integrasi antar moda masih lemah, dan kemacetan makin sering muncul sebagai masalah utama.
Di Jakarta, misalnya, penggunaan bus Dodge menjadi sorotan di era 1969 hingga 1974 sebagai bantuan dari Amerika Serikat. Bus ini punya tampilan khas dengan “moncong” mesinnya, dan kemudian digantikan bus dari Jepang dan Eropa.
Walau begitu, banyak kota selain Jakarta relatif lamban mengembangkan sistem transportasi massal yang terintegrasi. Kendala pendanaan, tata ruang, regulasi, dan budaya mobilitas menjadi hambatan utama.
Hadirnya MRT Jakarta sebagai simbol modernisasi
Sejak pertengahan 1980-an ide transportasi rel bawah tanah muncul sebagai salah satu jalan mengurai kemacetan Jakarta. Rencana MRT Jakarta pertama kali dirintis pada 1985, walau belum menjadi proyek formal. Baru pada 2005 pemerintah menetapkan MRT Jakarta sebagai proyek nasional.
PT MRT Jakarta dibentuk pada 17 Juni 2008 sebagai BUMD milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pembangunan fisik fase 1 dimulai 10 Oktober 2013, dengan jalur sepanjang sekitar 16 km (10 km layang, 6 km terowongan).
Jalur MRT Jakarta (North-South Line) resmi beroperasi pada 24 Maret 2019. Sejak itu, lebih dari 33 juta orang telah memanfaatkan layanan tersebut.
Proyek pengembangan fase berikutnya terus berjalan: fase 2A (Bundaran HI ke Kota) hingga fase-fase berikutnya. Target penyelesaian rute utama antara HI dan Kota diperkirakan sekitar 2027–2030.
Upaya membangun jalur MRT ini bukan sekadar soal moda baru, melainkan tentang transformasi ruang kota. Di antara tantangannya adalah penanganan artefak arkeologi (misalnya sistem air kuno di Batavia) yang ditemukan saat penggalian.
Di luar Jakarta, Indonesia juga mulai memasuki era baru transportasi cepat dengan hadirnya kereta cepat Whoosh yang menghubungkan Jakarta dan Bandung.
Diresmikan pada Oktober 2023, Whoosh menjadi proyek kereta cepat pertama di Asia Tenggara. Kecepatan operasionalnya mencapai sekitar 350 km per jam, memangkas waktu tempuh menjadi kurang dari 45 menit.
Kehadiran Whoosh menandai langkah penting Indonesia dalam modernisasi transportasi berbasis rel, sekaligus membuka peluang pengembangan jaringan cepat di wilayah lain.
Masa depan transportasi Indonesia
Meskipun MRT Jakarta sudah berjalan, masih ada tantangan besar. Pertama, integrasi antar moda (bus, KRL, TransJakarta) harus lebih mulus agar pengguna merasa nyaman berpindah moda.
Program seperti Jak Lingko di Jakarta mencoba menyeragamkan sistem pembayaran dan konektivitas moda transportasi.
Kedua, perlu pengembangan moda cepat di kota lain. Tidak semua kota di Indonesia punya infrastruktur dan kapasitas keuangan untuk membangun sistem rel bawah tanah. Model yang lebih sederhana seperti LRT, Bus Rapid Transit (BRT) sering dipilih dan lebih mudah diimplementasikan.
Ketiga, pendanaan proyek-proyek besar transportasi akan menjadi isu utama. Pemerintah sering bekerja sama dengan lembaga internasional atau negara lain (misalnya Jepang) untuk pembiayaan MRT Jakarta.
Keempat, aspek sosial dan lingkungan tak boleh diabaikan. Pembangunan transportasi massal perlu menyerap kepentingan masyarakat sekitar, meminimalkan relokasi, dan mempertimbangkan dampak emisi serta ruang terbuka.
Harapannya, transportasi di Indonesia ke depan bisa lebih adil, ramah lingkungan, dan efisien. Moda tradisional seperti becak kemungkinan tetap eksis dalam skala lokal, tapi perannya akan berubah—lebih sebagai pelengkap ketimbang moda utama.
Jika integrasi, kebijakan, dan investasi berjalan baik, MRT dan sistem transit massal bisa menjadi tulang punggung mobilitas perkotaan di masa depan.
Secara garis besar, perjalanan transportasi di Indonesia mencerminkan perpaduan antara budaya lokal, tantangan geografis, dan kemajuan teknologi. Dari becak sederhana hingga kereta bawah tanah moderen, setiap langkah punya kisah dan dampak bagi kehidupan warga.

0Komentar