![]() |
| UMKM Indonesia semakin menembus pasar global dengan nilai ekspor mencapai lebih dari US$90 juta pada 2025. Pemerintah targetkan kontribusi ekspor UMKM naik hingga 21% pada 2029. |
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia mencatat nilai transaksi ekspor lebih dari US$90 juta atau sekitar Rp1,46 triliun sepanjang Januari–Juni 2025. Angka itu diperoleh lewat program business matching yang digelar Kementerian Perdagangan (Kemendag) di sejumlah negara mitra.
Kemendag menargetkan ekspor UMKM tahun ini menembus US$19,33 miliar dan terus naik menjadi US$35,29 miliar pada 2029.
Meski tren positif mulai terlihat, kontribusi UMKM terhadap total ekspor nasional masih di kisaran 15,7 persen, jauh di bawah potensi mengingat jumlah pelaku usaha mencapai lebih dari 64 juta unit.
Data Kementerian Koperasi dan UKM per Desember 2024 mencatat 30,18 juta unit usaha non-pertanian, sedangkan BPS Sensus Pertanian 2023 menambahkan 29,34 juta unit di sektor pertanian dan perikanan, sehingga total mendekati angka resmi 64 juta unit.
“UMKM Indonesia punya potensi besar, dan kami akan terus memfasilitasi agar mereka bisa menembus pasar global,” kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam keterangan resmi.
Ia menyebut forum business matching pada semester pertama 2025 saja sudah menghasilkan transaksi senilai US$87,04 juta, naik dibanding periode sama tahun lalu.
Dukungan Pemerintah dan Swasta
Selain Kemendag, Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan porsi ekspor UMKM meningkat menjadi 21 persen pada 2029. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan pemerintah memperkuat akses pembiayaan, pelatihan, dan pemanfaatan teknologi digital.
Perbankan nasional juga ikut terlibat. Bank Central Asia (BCA) meluncurkan program BCA Go Export untuk memberikan inkubasi dan pendampingan, mulai dari strategi pemasaran, manajemen keuangan, hingga pemenuhan standar ekspor.
“Sebagian besar UMKM yang kami dampingi mulai menjajaki pasar luar negeri,” tulis BCA dalam rilis terpisah.
Program UMKM Bisa Ekspor yang diinisiasi pemerintah turut menghubungkan sekitar 340 UMKM dengan pembeli asing hingga April 2025, dengan nilai transaksi mencapai Rp850 miliar.
Skala dan Tantangan
Data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menunjukkan UMKM menyerap 97 persen tenaga kerja nasional dan menyumbang sekitar 60,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Namun, sumbangan ke ekspor tetap terbatas. Sebagai perbandingan, usaha kecil di Korea Selatan dan Jepang menyumbang lebih dari 30 persen ekspor nasional.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, menilai biaya logistik masih menjadi hambatan besar.
“Biaya pengiriman barang dari Indonesia relatif tinggi. Jika infrastruktur logistik bisa diperbaiki, daya saing produk UMKM di pasar global akan lebih baik,” ujarnya.
Selain logistik, tantangan lain meliputi pemenuhan standar mutu internasional, kapasitas produksi, dan akses pembiayaan. Banyak negara tujuan ekspor mensyaratkan sertifikasi keamanan pangan, pengemasan, hingga label halal, sementara tidak semua UMKM mampu menyiapkan modal dan fasilitas produksi dalam jumlah besar.
Pasar dan Komoditas
Komoditas utama ekspor UMKM meliputi tekstil dan pakaian jadi, makanan dan minuman olahan, kerajinan tangan, serta produk berbasis hasil pertanian seperti kopi, rempah-rempah, dan perikanan. Produk halal menjadi segmen yang terus berkembang, terutama untuk pasar Timur Tengah.
Contoh nyata datang dari produsen madu murni yang berhasil menembus pasar Thailand melalui platform Padi UMKM dengan strategi bundling pengiriman agar biaya logistik lebih efisien.
Di Gresik, UMKM binaan “Klinik Ekspor” Bea Cukai juga sukses memperluas pasar global dengan pendampingan pengurusan dokumen dan sertifikasi.
Negara tujuan ekspor yang difokuskan pemerintah melalui strategi business matching meliputi Asia Tenggara seperti Singapura dan Malaysia—Asia Timur seperti China, Jepang, dan Korea Selatan, serta pasar Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
Beberapa negara Eropa juga menjadi target ekspansi, dengan Asia Tenggara dan Asia Timur menyumbang 50–60 persen porsi ekspor UMKM.
Kemendag menargetkan perluasan ekspor UMKM ke 33 negara pada akhir 2025, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekspor tahunan 9,63 persen tahun ini.
Data INDEF menyebut, proporsi UMKM yang aktif ekspor sejak 2019 masih sekitar 15,6 persen, menunjukkan perlunya terobosan kebijakan agar target jangka panjang bisa tercapai.

0Komentar