![]() |
| Capital outflow Indonesia tembus Rp90 triliun pasca kerusuhan akhir Agustus. BI janji stabilitas, tapi pasar masih gelisah dan rupiah tertekan. (Istimewa) |
Gelombang demonstrasi yang berakhir ricuh di akhir Agustus kini berbuntut ke pasar keuangan. Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing keluar (capital outflow) sebesar Rp16,85 triliun hanya dalam tiga hari perdagangan 1–3 September 2025.
Jumlah ini melesat tajam dibanding pekan sebelumnya yang hanya Rp250 miliar.
Lonjakan itu terjadi tak lama setelah kerusuhan pecah di sejumlah titik Jakarta dan beberapa kota besar dipicu meninggalnya seorang pengemudi ojek online saat bentrokan dengan aparat.
Sentimen pasar seketika berubah, investor asing memilih menjual saham dan surat utang pemerintah lalu beralih ke aset yang dianggap lebih aman.
“Transaksi nonresiden pada pekan ini terdiri dari jual neto Rp3,87 triliun di pasar saham, jual Rp7,69 triliun di Surat Berharga Negara (SBN), dan beli Rp5,29 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan tertulis Kamis 4 September.
Investor Kabur Rupiah Tertekan
Efeknya cepat terasa. Rupiah yang semula bertahan di kisaran Rp16.410 per dolar AS pada Rabu 3 September melemah ke Rp16.430 pada pembukaan Kamis 4 September. Pasar obligasi pun bergejolak. Yield SBN tenor 10 tahun sempat naik ke 6,38 persen sebelum turun tipis ke 6,35 persen.
Data BI menunjukkan sejak awal tahun hingga 3 September total capital outflow telah mencapai Rp90,14 triliun. Dari jumlah itu Rp51,78 triliun keluar dari pasar saham dan Rp106,38 triliun dari SRBI.
Uniknya investor asing masih mencatatkan beli neto Rp68,02 triliun di SBN sebuah paradoks di tengah gejolak politik domestik.
Seorang analis pasar di Jakarta menyebut fenomena ini sebagai flight to safety parsial. Artinya investor memang menarik modal dari aset berisiko, tapi tidak sepenuhnya menutup kepercayaan pada instrumen utang pemerintah Indonesia.
“Mereka seperti menunggu apakah kerusuhan kemarin hanya insiden sesaat atau tanda instabilitas yang lebih dalam,” katanya.
Latar Kerusuhan dan Efek Domino
Gelombang demonstrasi mulai sejak Senin 25 Agustus 2025. Tuntutannya beragam, dari isu kesejahteraan pekerja hingga kebijakan energi.
Namun situasi berubah panas pada Kamis 28 Agustus setelah seorang pengemudi ojek online tewas dalam bentrokan. Kerusuhan meluas hingga dini hari 31 Agustus.
Pasar keuangan yang biasanya cukup tahan terhadap isu politik musiman kali ini bereaksi keras. Investor asing memilih keluar lebih cepat ketimbang menunggu kepastian.
“Pasar membenci ketidakpastian. Begitu muncul potensi chaos politik mereka lari dulu baru pikir ulang nanti,” tutur seorang pelaku pasar yang enggan disebutkan namanya.
BI Meredam Investor Masih Ragu
Bank Indonesia berjanji mengoptimalkan bauran kebijakan moneter termasuk intervensi di pasar valuta asing. “Kami terus memperkuat koordinasi lintas otoritas untuk menjaga ketahanan eksternal,” kata Ramdan Denny.
Namun bagi investor janji stabilitas belum tentu cukup. Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun naik ke 71,57 basis poin pada 3 September dari 69,52 basis poin sebelumnya.
Kenaikan CDS adalah sinyal bahwa risiko Indonesia di mata investor internasional meningkat meski tipis tapi arahnya jelas.
Sejarah pasar modal Indonesia menunjukkan pola serupa, setiap kali ada krisis politik atau kerusuhan sosial modal asing nyaris selalu kabur.
Pada kerusuhan Mei 1998 misalnya, investor lari masif dan butuh bertahun-tahun untuk memulihkan arus modal. Bedanya kini fundamental ekonomi Indonesia lebih solid, cadangan devisa lebih tebal, dan utang pemerintah relatif terkendali.
Meski begitu fundamental kuat tidak selalu cukup menenangkan investor ketika televisi menayangkan gambar ban terbakar di jalan dan bentrokan aparat dengan massa. Politik sekali lagi menjadi variabel paling sulit diprediksi dalam persamaan ekonomi.
Untuk sementara pelarian modal Rp16,85 triliun masih bisa disebut sebagai alarm keras ketimbang bencana. Tapi jika gejolak politik terus berlanjut bukan tidak mungkin outflow berubah menjadi eksodus yang jauh lebih besar.

0Komentar