Macron menantang Trump soal Nobel Perdamaian, menyebut AS hanya bisa meraih penghargaan itu jika berhasil menghentikan perang di Gaza. (AP/Angelina Katsanis)

Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump hanya bisa meraih Hadiah Nobel Perdamaian jika berhasil menghentikan perang di Gaza. Pernyataan itu ia sampaikan dalam wawancara dengan penyiar Prancis BFMTV pada Selasa (23/9) waktu New York, di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB.

Macron menyampaikan komentarnya beberapa jam setelah Trump berpidato di podium PBB dengan nada keras, menolak langkah sejumlah negara Barat mengakui kenegaraan Palestina. Menurut Macron, hanya Washington yang punya pengaruh nyata untuk menekan Israel agar menghentikan operasi militernya.

“Hadiah Nobel Perdamaian hanya mungkin jika Anda menghentikan konflik ini,” kata Macron kepada BFMTV. 

Ia menambahkan bahwa perbedaan antara Prancis dan Amerika Serikat terletak pada dukungan militer. 

“Kami tidak memasok senjata yang memungkinkan perang di Gaza berlangsung. Amerika Serikat melakukannya,” ujarnya.

Ketegangan kedua pemimpin mencuat setelah Prancis, bersama Belgia, Luksemburg, Malta, Monako, dan Andorra, resmi mengakui negara Palestina pada Senin (22/9) dalam forum PBB yang diselenggarakan bersama Arab Saudi. 

Dalam pidatonya di PBB, Trump menilai langkah itu sebagai “hadiah bagi Hamas atas kekejaman mereka,” seperti dilaporkan Al Jazeera.

Macron membantah tudingan tersebut. Menurutnya, pengakuan Palestina justru bertujuan mengisolasi Hamas. 

“Mengakui Palestina adalah satu-satunya cara untuk mengisolasi Hamas,” katanya. Ia menyebut bahwa pengakuan tersebut ditujukan untuk rakyat Palestina “yang telah memilih non-kekerasan, meninggalkan terorisme, dan siap mengakui Israel”.

Trump diketahui tengah aktif mencari Nobel Perdamaian, setelah sebelumnya dinominasikan oleh Israel, Pakistan, dan Kamboja. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan mengajukan nominasi resmi pada Juli, mengaitkannya dengan Abraham Accords. 

Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Trump juga mengklaim telah mengakhiri “tujuh perang tak berkesudahan” dalam delapan bulan masa jabatannya.

Namun, pernyataan Macron menunjukkan keraguan Eropa terhadap klaim perdamaian Trump di Timur Tengah. 

“Saya melihat seorang presiden Amerika yang ingin perdamaian, yang menginginkan Hadiah Nobel Perdamaian. Tapi Nobel hanya mungkin jika konflik ini dihentikan,” ucap Macron dalam wawancara dengan BFMTV.

Isu lain yang ikut mencuat adalah potensi langkah balasan dari Israel terhadap Prancis terkait pengakuan Palestina. Macron menyatakan Paris siap menghadapi risiko tersebut. 

“Jika itu terjadi, kami akan merespons, kami akan siap,” katanya. Ia menambahkan bahwa Prancis tetap memilih “jalan perdamaian dan persahabatan”.

Dengan pengakuan terbaru dari Prancis dan lima negara lain, kini sekitar 147 dari 193 anggota PBB telah mengakui kenegaraan Palestina. Kondisi ini menambah tekanan diplomatik terhadap Israel dan Amerika Serikat, sebagaimana dicatat dalam laporan Al Jazeera dari New York.