Pemandangan udara Bandara Internasional Nusantara yang sedang dibangun, sekitar 23 kilometer barat daya Ibu Kota Nusantara (IKN), rencana ibu kota baru Indonesia, pada 18 Agustus 2025. (AFP)

Indonesia menegaskan kesiapannya untuk menarik investasi global di sektor infrastruktur, teknologi, dan industri hijau pada Belt and Road Summit ke-10 yang berlangsung di Hong Kong Convention and Exhibition Centre, 10–11 September 2025. 

Forum internasional ini menjadi ajang pemerintah membuka peluang lebih luas bagi masuknya modal asing dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI).

“Indonesia siap menyambut investasi global di berbagai sektor strategis,” kata Ferry Irawan, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN, Kemenko Perekonomian RI, saat presentasi di forum tersebut.

Menurut Ferry, realisasi investasi yang masuk pada semester pertama 2025 mencapai 56 juta dolar AS (sekitar Rp924 triliun) dari target tahunan 150 juta dolar AS (Rp2,48 kuadriliun), atau sekitar 30 persen dari harapan. 

Pemerintah menargetkan tambahan investasi 455 juta dolar AS (Rp7,5 kuadriliun) untuk proyek strategis nasional pada 2026, di antaranya Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB).

IKN dengan skema ADF memiliki nilai awal 28,4 juta dolar AS (Rp468,6 miliar) dan dirancang berkembang hingga 2045. Sementara proyek KCJB, dengan total investasi 7,6 miliar dolar AS (Rp125,7 triliun), telah menyerap 90 persen tenaga kerja lokal dan melayani lebih dari satu juta penumpang.

Jalur ini diperkirakan memberi tambahan kontribusi 0,1 persen terhadap PDB di wilayah Jakarta dan Jawa Barat.

Belt and Road Summit ke-10 diikuti lebih dari 6.000 peserta dari 120 negara. Ajang ini mencatat penandatanganan 45 Memorandum of Understanding (MoU) dengan nilai mendekati 1 miliar dolar AS, termasuk proyek baru dan kesepakatan yang sudah diselesaikan sebelum forum.

Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat kerja sama dengan mitra internasional, khususnya China dan Hong Kong. 

Sebagai contoh, pada 2023 proyek peternakan ayam di IKN dengan investasi beberapa juta dolar AS mampu menghasilkan satu juta butir telur per hari. Proyek tersebut memadukan teknologi unggas dari China dengan dukungan universitas di Hong Kong.

Sejumlah perwakilan bisnis Hong Kong menyebut Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan. 

“Dengan fokus pada green technology dan pembangunan berkelanjutan, Indonesia jelas menempatkan dirinya sebagai salah satu destinasi utama dalam BRI,” ujar seorang delegasi Hong Kong dalam diskusi panel.

Sejak pertama kali digelar pada 2016, Belt and Road Summit telah mempertemukan lebih dari 45.000 peserta dari 120 negara, menghasilkan 5.400 pertemuan bisnis dan lebih dari 2.000 proyek di sektor infrastruktur, keuangan, teknologi, hingga pembangunan berkelanjutan.

Ferry Irawan menambahkan, kerja sama internasional sangat penting untuk memperluas manfaat ekonomi. 

“Pemerintah berkomitmen menciptakan iklim investasi yang kondusif, terutama di sektor teknologi hijau,” tegasnya.