![]() |
| AS dan China sepakat memperpanjang gencatan dagang 90 hari, menunda tarif tinggi baru. Impor anjlok, ekspor AS ke China justru naik 20%. (Bisnis/Paulus Tandi Bone) |
Amerika Serikat resmi memperpanjang gencatan senjata dagang dengan Tiongkok selama 90 hari, menunda pemberlakuan tarif tinggi baru yang sedianya berlaku mulai Selasa (12/8).
Langkah ini diumumkan Presiden Donald Trump pada Senin siang waktu setempat, hanya beberapa jam setelah menyatakan belum berkomitmen terhadap kelanjutan kesepakatan tersebut.
“Kami melihat transaksi berjalan baik-baik saja,” kata Trump kepada wartawan, sembari mendesak Beijing meningkatkan pembelian kedelai AS sehari sebelumnya.
Perpanjangan ini merupakan kelanjutan dari kesepakatan awal Mei 2025, ketika kedua negara menangguhkan sebagian tarif di tengah ketegangan dagang yang memanad sejak April 2024.
Kala itu, Washington memberlakukan tarif luas terhadap banyak negara, termasuk bea masuk tinggi bagi produk Tiongkok, yang dibalas Beijing dengan tarif hingga tiga digit.
Perdagangan nyaris terhenti sebelum akhirnya sebagian tarif dikurangi: barang Tiongkok ke AS dikenai tambahan 30% dari awal tahun, sementara barang AS ke Tiongkok dikenai tarif baru 10%.
Negosiasi terbaru berlangsung di Stockholm, membahas isu-isu yang belum selesai seperti akses ke cadangan tanah jarang Tiongkok, pembelian minyak Rusia oleh Beijing, hingga pembatasan AS atas penjualan chip canggih.
Washington baru-baru ini melonggarkan larangan ekspor chip tertentu buatan AMD dan Nvidia, dengan syarat 15% pendapatan dari penjualan ke perusahaan Tiongkok masuk ke kas pemerintah AS.
Selain itu, Gedung Putih terus menekan pemisahan TikTok dari induknya, ByteDance, langkah yang ditolak keras oleh Beijing.
Meskipun perundingan bulan lalu digambarkan kedua pihak sebagai “konstruktif”, sejumlah pengamat menilai penyelesaian final masih jauh.
Data perdagangan menunjukkan, impor AS dari Tiongkok pada Juni 2025 anjlok hampir 50% dibandingkan Juni 2024.
Selama Januari–Juni 2025, total impor AS dari Negeri Tirai Bambu mencapai USD 165 miliar, turun sekitar 15% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sebaliknya, ekspor AS ke Tiongkok justru naik sekitar 20% dalam periode tersebut.
Keputusan memperpanjang gencatan ini juga memberi efek psikologis pada pasar keuangan global. Rupiah terpantau menguat terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa pagi, didorong meredanya kekhawatiran investor atas lonjakan tarif yang berpotensi mengganggu rantai pasok dunia.

0Komentar