![]() |
| Donald Trump kini resmi menjadi presiden Amerika Serikat terkaya sepanjang sejarah setelah DJT menguasai Bitcoin senilai Rp32 triliun. (Unlock-bc) |
Donald Trump kembali jadi sorotan dunia, bukan karena kebijakan luar negeri atau pernyataan kontroversialnya, melainkan karena langkah bisnis yang membuatnya digadang sebagai presiden Amerika Serikat terkaya sepanjang sejarah.
Melalui perusahaan miliknya, Trump Media & Technology Group (DJT), Trump kini menguasai aset Bitcoin senilai sekitar US$2 miliar atau setara Rp32 triliun (kurs Rp16.000 per dolar).
Langkah itu menempatkan Trump bukan hanya sebagai kepala negara, tetapi juga sebagai sosok dengan pengaruh masif di pasar aset digital global.
Dengan dukungan kebijakan pro-kripto yang ia canangkan sejak menjabat kembali pada 2025, julukan “raja kripto dari Gedung Putih” kini kian melekat padanya.
Dari Skeptis Jadi Pendukung Fanatik Kripto
Pada periode pertamanya (2017–2021), Trump dikenal sebagai sosok yang kerap meremehkan mata uang kripto, menyebut Bitcoin sebagai “penipuan berbasis udara tipis”. Namun, pandangan itu berbalik drastis setelah DJT mencatatkan kinerja saham yang fluktuatif dan mencari cara mempertahankan likuiditas.
Tahun ini, DJT mengumumkan pembelian Bitcoin senilai US$2 miliar, yang kini mencakup dua pertiga dari total aset likuid perusahaan sebesar US$3 miliar.
Strategi itu meniru langkah perusahaan seperti MicroStrategy yang lebih dulu menjadikan Bitcoin sebagai “kas digital”.
“Trump telah mengubah DJT dari sekadar platform media sosial menjadi salah satu perusahaan publik dengan cadangan kripto terbesar di AS,” ujar analis pasar digital Bloomberg Intelligence, Sarah Collins. “Langkah ini juga memberi sinyal kuat bahwa pemerintah AS bisa menjadi motor penggerak ekosistem aset digital global.”
Kekayaan Trump Didominasi Aset Digital
Laporan Forbes dan Bloomberg menempatkan total kekayaan Trump di kisaran US$5,5–6,4 miliar per Juli 2025. Dari jumlah itu, lebih dari US$3,3 miliar berasal dari kripto mulai dari Bitcoin, stablecoin keluarga, hingga token eksklusif yang diluncurkan di jaringan Solana.
Trump juga secara pribadi melaporkan kepemilikan kripto minimal US$51 juta dalam laporan kekayaannya, di luar cadangan DJT. Secara kolektif, lebih dari 20% pejabat senior di kabinet Trump juga dilaporkan memegang kripto, dengan total kepemilikan mencapai US$193 juta, menurut Washington Post.
Angka itu memperkuat status Trump sebagai presiden terkaya dalam sejarah AS bahkan melampaui kekayaan pribadi presiden sebelumnya yang sebagian besar bersumber dari properti atau investasi tradisional.
Kebijakan Pro-Kripto Dongkrak Pasar
Sejak kembali menduduki kursi presiden, Trump mengesahkan executive order yang menetapkan AS sebagai pusat industri aset digital dunia.
Kebijakan itu mencakup deregulasi pajak kripto, dukungan untuk adopsi stablecoin, dan wacana pembentukan “cadangan Bitcoin nasional”.
Langkah itu memicu reli pasar. Harga Bitcoin meroket dari US$75.000 pasca Pemilu 2024 menjadi US$120.000 setelah pengumuman pembelian DJT, bahkan menembus rekor US$123.000 awal Juli 2025.
“Pemerintahan Trump memicu efek domino bagi pasar kripto global. Investor melihat sinyal bahwa AS tak sekadar membuka pintu, tetapi akan jadi pusat utama ekosistem blockchain,” kata ekonom CoinShares Edward Wu.
Selain Bitcoin, Trump dan keluarganya memanfaatkan tren kripto dengan meluncurkan token $TRUMP, sebuah memecoin di jaringan Solana yang kini bernilai miliaran dolar. Token itu sempat menghasilkan ratusan juta dolar dari biaya transaksi hanya dalam beberapa minggu setelah dirilis.
Melalui entitas bernama World Liberty Financial, keluarga Trump juga merilis stablecoin USD1, yang memperoleh investasi sebesar US$2 miliar dari Abu Dhabi.
Kedua token ini mendapat keuntungan besar dari GENIUS Act undang-undang yang baru ditandatangani Trump yang memberikan perlindungan hukum dan kemudahan adopsi stablecoin.
Kritikus menilai langkah ini rawan konflik kepentingan. “Seorang presiden yang mengendalikan regulasi sambil memegang token pribadi adalah preseden berbahaya,” ujar analis keuangan The Daily Beast, Rachel Soto.
Isu Etika dan Konflik Kepentingan
Kepemilikan kripto Trump dan kabinetnya menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas pemerintahan. Laporan AP menunjukkan setidaknya 1 dari 5 pejabat tinggi di kabinet Trump memiliki eksposur kripto, sementara kebijakan deregulasi dan pembentukan cadangan Bitcoin nasional dianggap bisa mendongkrak nilai aset pribadi mereka.
Meskipun Trump membantah ada konflik, sorotan terhadap hubungan antara kebijakan publik dan keuntungan pribadi kian menguat.
Washington Post menyebut ini “era baru politik Amerika, di mana mata uang digital berpotensi menggantikan lobi tradisional sebagai sumber pengaruh dan kontroversi.”
Langkah Trump menumpuk Bitcoin juga berdampak luas pada pasar keuangan global. Investor institusional, mulai dari BlackRock hingga sovereign wealth fund Timur Tengah, ikut memperbesar eksposur pada kripto, mengikuti sinyal dari kebijakan Gedung Putih.
Namun, volatilitas pasar tetap tinggi. Lonjakan harga Bitcoin mendorong sebagian regulator Eropa memperketat pengawasan. Bank Sentral Eropa memperingatkan bahwa “dominasi kripto oleh negara adidaya bisa memicu ketidakseimbangan pasar global”.

0Komentar