jumlah korban tewas di gaza akibat serangan israel tembus 60.000 orang. pbb menyebut krisis ini sebagai tragedi kemanusiaan terbesar abad ini. (REUTERS/Dawoud Abu Alkas)

Jumlah korban tewas akibat serangan militer Israel di Jalur Gaza terus melonjak. Hingga 29 Juli 2025, Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut mencatat total 60.034 warga Palestina meninggal dunia sejak perang dimulai. Dalam 24 jam terakhir saja, 113 jenazah termasuk satu korban lama dibawa ke rumah sakit, disertai 637 orang terluka. Total korban luka kini mencapai 145.870 orang, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

Ross Smith, perwakilan World Food Programme (WFP), menyebut situasi ini sebagai “tragedi kemanusiaan terbesar abad ini.” Ia membandingkannya dengan kelaparan besar di Etiopia dan Biafra (Nigeria) pada abad ke-20. 

“Kita sedang menyaksikan bencana yang skalanya belum pernah terjadi di era modern. Gaza sekarang berada pada titik krisis multidimensi perang, kelaparan, dan runtuhnya layanan kesehatan,” ujarnya.

Di rumah sakit al-Rantisi, kondisi bayi seperti Judi al-Arour menggambarkan skala krisis. Judi, berusia enam bulan, hanya memiliki berat 2 kilogram seharusnya minimal 6 kilogram di usianya. 

Ibunya mengalami malnutrisi parah saat hamil akibat kelangkaan pangan. Dokter Mayada Jundiyeh memperingatkan, “Sekalipun diberi nutrisi lengkap mulai sekarang, risiko kerusakan otak permanen pada bayi ini sangat tinggi. Mereka bisa selamat, tapi tidak akan pernah tumbuh normal.”

Blokade Israel disebut memperparah situasi. Bahan pokok seperti susu formula dan makanan bayi dilarang masuk, membuat ribuan bayi berada di ambang kematian. 

“Yang tersisa hanya tulang dan kulit,” ungkap ayah Judi, menggambarkan kondisi putrinya.

WFP mengakui tidak bisa mengirim bantuan dalam jumlah yang dibutuhkan karena belum mendapat izin distribusi penuh dari Israel. Akibatnya, Gaza memenuhi indikator kelaparan akut (famine) dengan ribuan anak balita mengalami Severe Acute Malnutrition (SAM). 

Situasi ini makin genting karena ribuan warga tewas dan terluka saat mencoba mengakses bantuan yang terbatas.

Lebih dari 90 persen populasi Gaza kini mengungsi, sebagian besar tinggal di penampungan sementara tanpa akses sanitasi. Sistem kesehatan nyaris runtuh rumah sakit kekurangan pasokan, tenaga medis, dan listrik.

“Jika dunia tidak bertindak sekarang, generasi Gaza akan menghadapi kerusakan kesehatan jangka panjang. Kita bicara tentang risiko kehilangan satu generasi akibat kelaparan dan trauma,” kata Smith menegaskan.

Israel belum memberikan komentar atas kritik terbaru WFP terkait blokade ini. Sementara itu, komunitas internasional terus mendesak akses bantuan penuh, meski belum ada terobosan diplomatik yang signifikan.