![]() |
CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Rosan Roeslani. (Istimewa) |
CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), Rosan Roeslani, melakukan kunjungan kerja penting ke New York, Amerika Serikat, pada Selasa, 13 Mei 2025. Dalam agenda tersebut, Rosan bertemu langsung dengan jajaran pimpinan senior perusahaan investasi raksasa asal AS, BlackRock.
Pertemuan ini menjadi salah satu langkah awal yang signifikan dalam menjajaki potensi kerja sama strategis antara Danantara dan BlackRock. Fokus dari kerja sama ini adalah mendorong arus investasi asing ke Indonesia, khususnya pada sektor-sektor yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat dan konstruktif itu, Rosan duduk bersama tiga Senior Managing Director dari BlackRock, yaitu Adebayo Ogunlesi, Rajeev Rao, dan Charles Hatami. Ketiganya dikenal luas sebagai tokoh kunci dalam pengambilan keputusan investasi global BlackRock.
Rosan, yang juga menjabat sebagai Menteri Investasi dan Hilirisasi merangkap Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), menyampaikan bahwa potensi kemitraan ini sangat besar. Ia menyebutkan bahwa sinergi antara Danantara dan BlackRock bisa membuka peluang luas bagi peningkatan investasi di bidang transisi energi, infrastruktur digital, serta pengelolaan aset berkelanjutan.
“Pertemuan ini mencerminkan sinergi antara prioritas pembangunan Indonesia dan kekuatan global BlackRock dalam pengelolaan aset, pembiayaan transisi energi, serta infrastruktur digital,” tulis Rosan melalui akun Instagram resminya, yang dikutip pada Kamis, 15 Mei 2025.
Lebih lanjut, Rosan menekankan bahwa BlackRock memiliki total dana kelolaan atau AUM (Assets Under Management) lebih dari US$ 11 triliun. Ini menjadikan BlackRock sebagai perusahaan manajemen investasi terbesar di dunia saat ini, dan sekaligus menjadikannya mitra strategis yang sangat potensial bagi Indonesia.
Menurut Rosan, minat BlackRock untuk menjalin kemitraan dengan Indonesia adalah sinyal positif terhadap prospek ekonomi nasional. Ini juga menjadi indikator bahwa kepercayaan investor global terhadap iklim investasi dan kebijakan ekonomi Indonesia semakin menguat.
“BlackRock menunjukkan kepercayaan investor global terhadap prospek ekonomi kita yang kuat, sekaligus membuka peluang untuk menarik lebih banyak investasi asing ke Indonesia,” ujarnya optimis.
Jika kerja sama ini terealisasi, bukan hanya arus modal yang akan masuk ke Tanah Air, tetapi juga transfer pengetahuan, teknologi, dan praktik terbaik dalam pengelolaan proyek-proyek strategis. Hal ini bisa menjadi tonggak penting dalam mempercepat agenda hilirisasi nasional dan mendorong pertumbuhan sektor ekonomi hijau.
Dari sisi pemerintah, langkah ini sejalan dengan visi jangka panjang untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pertumbuhan baru di kawasan Asia. Dengan dukungan dari investor global seperti BlackRock, Indonesia bisa memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi pasca pandemi untuk melompat lebih jauh.
Banyak pihak melihat ini sebagai upaya konkret untuk memperkuat posisi Danantara sebagai sovereign wealth fund yang tidak hanya mengelola aset negara, tetapi juga menjadi katalis investasi asing yang produktif.
Dalam konteks global, kemitraan ini juga menjadi bagian dari tren peningkatan kerja sama antara negara-negara berkembang dengan lembaga keuangan besar dunia dalam rangka menghadapi tantangan perubahan iklim dan digitalisasi ekonomi.
langkah Rosan dan Danantara dalam membangun jembatan kerja sama dengan BlackRock patut diapresiasi. Ini adalah strategi diplomasi ekonomi yang tidak hanya bersifat taktis, tetapi juga strategis dalam mempercepat pembangunan nasional secara berkelanjutan.
Dengan pendekatan yang cermat dan kolaboratif, Indonesia berpeluang besar untuk menjadi destinasi investasi yang lebih menarik, aman, dan prospektif bagi para pelaku usaha global.
0Komentar