![]() |
Menteri BUMN Erick Thohir optimistis bahwa perusahaan-perusahaan milik negara tetap kuat menghadapi pelemahan rupiah hingga Rp20.000 per dolar AS. (KOMPAS.com/Nicholas Ryan Aditya) |
Di tengah kekhawatiran atas pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan optimisme terhadap ketahanan perusahaan-perusahaan milik negara. Menurutnya, sejumlah BUMN strategis tetap menunjukkan kekuatan finansial yang solid, bahkan dalam skenario ekstrem di mana rupiah melemah hingga Rp20.000 per dolar AS.
Optimisme ini bukan tanpa dasar. Erick mengungkapkan bahwa Kementerian BUMN telah melakukan stress test terhadap 10 perusahaan pelat merah, termasuk Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Telkom Indonesia, MIND ID, dan Pertamina. Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi keuangan mereka masih berada pada level aman.
"Hasil uji ketahanan membuktikan bahwa BUMN kita masih bisa bertahan, bahkan di tengah tekanan nilai tukar ekstrem," kata Erick dalam pernyataannya, seraya menambahkan bahwa indikator utama dalam simulasi meliputi pendapatan, neraca perdagangan, dan profitabilitas.
Meski begitu, Erick tidak menampik bahwa nilai tukar yang ideal untuk menjaga kestabilan sektor keuangan nasional berada di kisaran Rp16.000/USD.
Jika rupiah menyentuh Rp20.000/USD, beberapa sektor bisa mulai mengalami tekanan berat, terutama yang bergantung pada impor bahan baku atau memiliki utang dalam denominasi dolar.
Namun, perusahaan seperti Pertamina dan MIND ID, yang memiliki eksposur terhadap ekspor, justru dapat meraih manfaat dari pelemahan rupiah.
Di sisi lain, Erick juga menanggapi kemungkinan penerapan kebijakan tarif impor resiprokal dari Amerika Serikat, terutama jika Donald Trump kembali berkuasa.
Menurutnya, meskipun kebijakan semacam itu dapat berdampak pada sektor perdagangan, pengaruhnya terhadap BUMN tidak akan terlalu signifikan.
"Kita sudah lakukan simulasi. Kalau pun kebijakan itu diterapkan, BUMN kita sudah siap. Dampaknya tidak akan seberat yang dibayangkan," ujarnya.
Sejumlah data terkait eksposur BUMN terhadap produk AS masih bersifat internal dan akan disampaikan dalam rapat tertutup bersama Komisi VI DPR. Pemerintah pun terus memantau dinamika global dan menyiapkan langkah antisipatif.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga berperan aktif menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas. Di sisi fiskal, Kementerian Keuangan telah menyiapkan skenario worst-case jika tekanan terhadap rupiah semakin dalam.
Ekonom dari berbagai lembaga, seperti INDEF dan LPEM UI, menyatakan bahwa kekuatan fundamental BUMN memang cukup kuat, terutama yang bergerak di sektor energi, perbankan, dan telekomunikasi.
Namun, tetap diperlukan kewaspadaan tinggi, terutama dari sisi manajemen risiko utang dan ketergantungan terhadap impor.
Meski tantangan ekonomi global masih membayangi, pemerintah meyakini bahwa BUMN memiliki fondasi yang cukup kuat untuk bertahan. Ketahanan ini menjadi elemen penting dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional, di tengah ketidakpastian nilai tukar dan arah kebijakan global.
0Komentar