![]() |
| Trump resmi hapus tarif impor untuk Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Kebijakan ini berdampak pada ekspor Indonesia dan negara ASEAN lainnya. (Wikimedia Commons) |
Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi menetapkan tarif 0 persen untuk sejumlah barang dari Malaysia, Thailand, dan Kamboja dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Kuala Lumpur, Minggu (26/10/2025).
Keputusan ini menghapus tarif resiprokal 19 persen yang sebelumnya diberlakukan kepada ketiga negara. Vietnam juga mendapat keringanan khusus dengan penghapusan tarif 20 persen untuk kopi, langkah yang disebut Trump sebagai upaya menekan lonjakan harga kopi di pasar domestik AS.
"Kami ingin mengurangi sedikit harga kopi," kata Trump kepada wartawan di pesawat Air Force One saat dalam perjalanan ke Tokyo.
Sebelum kebijakan ini, Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam menghadapi tarif resiprokal antara 19–32 persen untuk berbagai komoditas ekspor mereka ke AS.
Penyesuaian tarif oleh AS ini muncul di tengah upaya pemerintah Amerika menstabilkan harga barang konsumsi dan komoditas tertentu di pasar domestik.
Keputusan ini juga terjadi saat negosiasi tarif antara Indonesia dan AS sempat terhenti akibat government shutdown di AS. Negosiasi yang awalnya ditargetkan selesai pada Oktober kini diperpanjang hingga Desember 2025.
Indonesia masih menghadapi tarif 19 persen, turun dari ancaman awal 32 persen, namun belum mencapai tarif 0 persen yang kini dinikmati beberapa negara tetangga.
Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anne Patricia Sutanto, menyebut keputusan AS ini bisa menimbulkan risiko trade diversion bagi produk Indonesia, terutama di sektor padat karya.
"Jika penyesuaian tarif resiprokal memberikan preferensi tambahan bagi Vietnam dan Kamboja, risiko trade diversion akan semakin besar," ujarnya.
Data Apindo menunjukkan, 61 persen ekspor pakaian rajutan Indonesia ditujukan ke AS, furnitur 59 persen, dan alas kaki 33 persen.
Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, menambahkan produsen Indonesia menghadapi 'handicap tarif' tambahan yang dapat menggerus daya saing harga.
"Ini bisa membuat buyer AS memilih sourcing dari negara yang tarifnya lebih rendah," kata Sobur.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengonfirmasi Indonesia tengah melanjutkan negosiasi tarif dengan AS.
"Negosiasi sedang bicara dan kita akan terus bicara detail karena sekarang tahapannya adalah legal drafting," kata Airlangga.
Indonesia berpeluang mendapat tarif 0 persen untuk komoditas unggulan seperti minyak sawit, kakao, kopi, dan karet.
Saat ini, tarif yang masih berlaku untuk ekspor Indonesia ke AS berada di angka 19 persen. Meskipun menurun dari ancaman 32 persen, tekanan tetap terasa bagi eksportir Indonesia yang harus bersaing dengan negara tetangga yang kini menikmati tarif lebih rendah atau bebas tarif.

0Komentar