Airlangga temui bos dagang Jepang, bahas investasi miliaran dolar di sektor energi, infrastruktur, dan manufaktur. (Dok. Kemenko Perekonomian)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, melakukan kunjungan kerja ke Jepang pada 7–9 Mei 2025. Salah satu agendanya adalah bertemu dengan Ken Kobayashi, Presiden Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) sekaligus tokoh penting di Kamar Dagang Tokyo.

Pertemuan ini menjadi momentum strategis dalam memperkuat kerja sama ekonomi Indonesia-Jepang. Fokus utamanya adalah memperluas peluang investasi dari perusahaan-perusahaan Jepang ke Indonesia.

JCCI yang beranggotakan lebih dari 500 perusahaan memiliki peran besar dalam arah kebijakan bisnis Jepang. Mereka menjadi mitra penting dalam mendorong kolaborasi ekonomi lintas negara, termasuk dengan Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut, Ken Kobayashi menyampaikan penghargaan atas kesepakatan strategis antara kedua negara, khususnya di sektor transisi energi. Ia menyoroti kolaborasi dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh melalui skema Asia Zero Emission Community (AZEC) sebagai contoh konkret.

Dari sisi JCCI, peluang kerja sama ke depan sangat terbuka. Mereka menilai pemerintah Indonesia telah menunjukkan langkah positif melalui berbagai reformasi untuk meningkatkan kemudahan berusaha. Hal ini dinilai menjadi sinyal positif bagi investor Jepang yang mempertimbangkan ekspansi ke Indonesia.

Kobayashi juga menekankan pentingnya kerja sama di bidang teknologi dan pengembangan sumber daya manusia sebagai pondasi investasi jangka panjang. Ini sejalan dengan kebutuhan Indonesia dalam meningkatkan daya saing industri nasional.

Airlangga menyampaikan rasa terima kasih atas kontribusi JCCI dalam mendukung sejumlah proyek penting di Indonesia, termasuk pembangunan MRT di Jakarta. Proyek ini menjadi simbol nyata dari kemitraan strategis antara kedua negara di bidang infrastruktur.

Menurut Airlangga, pemerintah terus berkomitmen menciptakan iklim investasi yang sehat. Reformasi struktural, penyederhanaan perizinan, dan pengembangan kawasan industri menjadi bagian dari upaya tersebut.

Beberapa proyek prioritas nasional juga diperkenalkan kepada JCCI. Fokusnya meliputi sektor manufaktur, energi hijau, dan infrastruktur berkelanjutan. Ketiganya merupakan sektor dengan prospek tinggi dan mendukung agenda pembangunan jangka panjang Indonesia.

Data investasi menunjukkan optimisme yang tumbuh dari Jepang. Pada 2024, nilai investasi Jepang di Indonesia mencapai USD 3,46 miliar. Angka ini naik lebih dari 50% dibandingkan tahun 2021, mencerminkan kepercayaan yang terus menguat.

Jepang saat ini tercatat sebagai investor terbesar keenam di Indonesia dengan total 12.823 proyek. Ini menandakan hubungan yang sudah terbangun kuat selama bertahun-tahun.

Airlangga dalam kunjungan ini turut didampingi pejabat tinggi lainnya, termasuk Sesmenko Perekonomian Susiwijono, Deputi Edi Prio Pambudi, dan Wakil Dubes RI di Jepang, Maria Renata Hutagalung.

Langkah Indonesia menjalin dialog langsung dengan pelaku bisnis kunci seperti JCCI adalah strategi yang cerdas. Tidak hanya mempererat diplomasi ekonomi, tapi juga menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjaga kepercayaan investor asing. Apalagi di era kompetisi global saat ini, kepastian hukum dan kestabilan kebijakan menjadi kunci utama menarik investasi jangka panjang.