![]() |
Pesawat Jet J-10 C China. (HECTOR RETAMAL / AFP) |
Pakistan dilaporkan menggunakan jet tempur buatan China, J-10C, dalam konfrontasi udara dengan India baru-baru ini. Pernyataan ini datang langsung dari Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, dalam rapat parlemen.
Dar menyebut, lima jet tempur milik India berhasil ditembak jatuh oleh Angkatan Udara Pakistan. Di antaranya termasuk jet Rafale buatan Prancis yang dikenal canggih dan mahal.
Ia mengungkapkan bahwa serangan dibatasi hanya pada jet-jet India yang melepaskan senjata. Jika tidak ada batasan itu, jumlah jet yang dijatuhkan bisa lebih banyak, mencapai belasan unit, klaimnya.
Selain itu, disebutkan ada empat jet India lainnya yang sempat mencoba memasuki wilayah udara Pakistan, tetapi berhasil dicegat sebelum sempat beraksi.
India membantah klaim tersebut dan menyebutnya sebagai informasi menyesatkan, menurut laporan dari Reuters. Namun, pengakuan resmi dari pejabat tinggi Pakistan tetap memicu respons di pasar global.
Saham perusahaan pertahanan China melonjak usai kabar penggunaan J-10C dalam operasi ini mencuat. Hal ini menunjukkan bagaimana catatan tempur dapat menaikkan nilai jual sebuah pesawat militer.
Menurut analis Bloomberg Intelligence, Eric Zhu, penggunaan J-10C dalam situasi nyata akan memperkuat reputasi ekspor pesawat tersebut, yang sebelumnya belum banyak diuji dalam konflik sebenarnya.
Jet J-10C sendiri adalah pesawat tempur berukuran sedang, mampu beroperasi dalam segala cuaca, dan bisa dilengkapi berbagai rudal modern. Radar AESA yang disematkan di pesawat ini memberi keunggulan dalam pendeteksian musuh.
Pakistan mulai menggunakan J-10C sejak 2022. Jet ini menambah kekuatan armada udara Pakistan yang sebelumnya telah diperkuat oleh JF-17, Mirage, dan F-16.
Meski jumlah pasti jet J-10C yang dimiliki Pakistan belum diketahui, nilai unit pesawat ini berada di kisaran US$41 juta. Jauh lebih murah dibanding Rafale, yang harganya hampir tiga kali lipat.
Dari sisi geopolitik, ketergantungan Pakistan pada alutsista China kian nyata. Hal ini bisa menjadi keuntungan strategis bagi Beijing dalam memperluas pengaruh militer dan teknologinya di kawasan Asia Selatan.
Jika benar jet-jet buatan China mampu menandingi pesawat tempur kelas dunia seperti Rafale, ini bisa mengubah peta kekuatan udara di kawasan yang penuh ketegangan.
0Komentar