Laporan resmi BPS Februari 2025 mengungkap rata-rata gaji buruh SMA dan SMK. Artikel ini menyajikan analisis lengkap berdasarkan pendidikan, usia, dan jenis kelamin. (iStock/Molas Images)

Badan Pusat Statistik (BPS) kembali merilis laporan resmi mengenai kondisi ketenagakerjaan Indonesia per Februari 2025. Salah satu data penting yang banyak menjadi perhatian adalah rata-rata gaji bulanan yang diterima oleh para buruh, karyawan, atau pegawai dengan latar belakang pendidikan SMA dan SMK sederajat. Data ini memberikan gambaran aktual mengenai kesejahteraan kelompok pekerja dengan pendidikan menengah atas, yang jumlahnya sangat besar dalam struktur tenaga kerja nasional.

Jika merujuk pada data BPS, gaji rata-rata buruh lulusan SMA sederajat mengalami penurunan tipis pada Februari 2025. Setelah sempat menyentuh angka Rp 3.092.781 pada Agustus 2024, kini turun menjadi sekitar Rp 2.980.000. Meski demikian, angka ini tetap sedikit lebih tinggi dibandingkan Februari 2024, di mana rata-rata gaji berada di kisaran Rp 2.842.749.

Sementara itu, lulusan SMK juga menunjukkan tren serupa. Pada Februari 2024, rata-rata gaji lulusan SMK mencapai Rp 2.891.948, kemudian meningkat menjadi Rp 3.091.621 pada Agustus. Namun, pada Februari 2025, kembali turun menjadi sekitar Rp 2.970.000.

Menariknya, meski secara keseluruhan lulusan SMA memiliki gaji rata-rata yang sedikit lebih tinggi dibandingkan lulusan SMK, terdapat perbedaan berdasarkan gender. Rata-rata gaji perempuan lulusan SMK justru lebih tinggi dibanding perempuan lulusan SMA.

Rata-rata Gaji per Februari 2025: Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan

Lulusan SMA:

Rata-rata nasional: Rp 2.980.000

Laki-laki: Rp 3.340.000

Perempuan: Rp 2.190.000

Lulusan SMK:

Rata-rata nasional: Rp 2.970.000

Laki-laki: Rp 3.260.000

Perempuan: Rp 2.310.000

Perbedaan antara gaji laki-laki dan perempuan dalam dua kategori pendidikan ini menunjukkan masih adanya kesenjangan upah berbasis gender di dunia kerja Indonesia. 

Hal ini bisa menjadi refleksi akan perlunya kebijakan yang mendorong kesetaraan gaji dan perlindungan yang lebih baik bagi pekerja perempuan.

Pengaruh Usia terhadap Tingkat Penghasilan

Faktor usia juga memengaruhi besaran gaji rata-rata. Berdasarkan data dari BPS, gaji pekerja cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, yang mungkin disebabkan oleh akumulasi pengalaman kerja dan jenjang karier yang lebih tinggi. Berikut adalah rata-rata gaji berdasarkan kelompok usia per Februari 2025:

Usia 15–19 tahun: Rp 1.920.000

Usia 20–24 tahun: Rp 2.410.000

Usia 25–29 tahun: Rp 2.910.000

Usia 30–34 tahun: Rp 3.090.000

Usia 35–39 tahun: Rp 3.370.000

Usia 40–44 tahun: Rp 3.390.000

Usia 45–49 tahun: Rp 3.580.000

Usia 50–54 tahun: Rp 3.590.000

Usia 55–59 tahun: Rp 3.600.000

Usia 60 tahun ke atas: Rp 2.440.000

Kelompok usia 55–59 tahun mencatatkan gaji rata-rata tertinggi, yakni Rp 3,6 juta. Ini menunjukkan bahwa senioritas masih menjadi faktor penting dalam struktur penggajian di banyak sektor kerja di Indonesia. Sementara itu, kelompok usia 15–19 tahun memiliki pendapatan rata-rata paling rendah, yaitu hanya sekitar Rp 1,92 juta per bulan.

Apa Arti Data Ini bagi Masa Depan Tenaga Kerja?

Penurunan tipis gaji di awal 2025 mungkin tidak mencerminkan krisis, namun tetap menjadi catatan penting bagi pemerintah dan pelaku industri. Pergerakan ekonomi global, digitalisasi yang mempercepat perubahan kebutuhan keterampilan, serta tekanan biaya hidup adalah faktor-faktor yang tak bisa diabaikan.

Fakta bahwa lulusan SMA memperoleh rata-rata gaji lebih tinggi dari SMK menunjukkan bahwa orientasi praktikal pendidikan SMK belum sepenuhnya diterjemahkan menjadi daya saing yang lebih tinggi di pasar kerja. Ini seharusnya menjadi sinyal bagi para pemangku kepentingan pendidikan vokasi untuk mengevaluasi kembali kurikulum dan sinergi dengan dunia industri.

Selain itu, kesenjangan gaji antara laki-laki dan perempuan masih cukup lebar. Perempuan lulusan SMA menerima gaji rata-rata sekitar Rp 1,15 juta lebih rendah dari laki-laki dengan latar pendidikan sama. Isu ini patut menjadi perhatian dalam upaya menciptakan dunia kerja yang inklusif dan adil.

Di sisi lain, meningkatnya gaji seiring usia menunjukkan adanya pengakuan terhadap pengalaman. Namun, ini juga bisa menjadi tantangan bagi anak muda, terutama yang baru masuk dunia kerja, untuk bisa bersaing dalam mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai standar hidup.

Secara umum, data dari BPS ini memberikan gambaran yang lebih dalam mengenai kondisi penghasilan buruh Indonesia dengan pendidikan menengah. Meski ada fluktuasi, tantangan-tantangan seperti ketimpangan gender, perlunya peningkatan keterampilan, dan reformasi sistem penggajian tetap menjadi isu utama yang perlu ditangani secara strategis. 

Untuk mencapai kesejahteraan tenaga kerja yang berkelanjutan, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, industri, lembaga pendidikan, dan masyarakat.