![]() |
Karyawan bekerja di jalur perakitan truk di sebuah pabrik manufaktur kendaraan Jianghuai Automobile Group Corp. (JAC), di Qingzhou, provinsi Shandong, Tiongkok Timur. (STR/AFP) |
Kebijakan tarif impor yang diterapkan Amerika Serikat (AS) telah menimbulkan ketidakpastian ekonomi global. Hal ini mendorong banyak negara, termasuk Indonesia, untuk memperkuat kerja sama bilateral. Namun, pemerintah Indonesia diimbau agar tidak mengambil langkah tergesa-gesa yang justru bisa merugikan industri dalam negeri.
Ajib Hamdani, Analis Kebijakan Ekonomi dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), menekankan pentingnya menjaga ketenangan dalam merespons kebijakan AS. Ia menyarankan Indonesia mencontoh pendekatan China—bukan dalam hal retaliasi, melainkan strategi penguatan industri.
Menurut Ajib, ada empat hal yang dapat dipelajari dari China:
Biaya Energi Rendah
China menikmati biaya energi yang lebih rendah dibanding Indonesia, yang masih menghadapi tarif energi tinggi. Meski impor energi bisa menjadi pilihan dalam negosiasi, langkah tersebut berpotensi memperburuk neraca perdagangan.
Efisiensi Infrastruktur
Infrastruktur China relatif efisien, dengan beban biaya sektor swasta sekitar 13%. Sebagai perbandingan, sektor swasta Indonesia masih terbebani hingga lebih dari 32%, menurut survei Apindo.
Pengembangan Rantai Pasok
Pemerintah China konsisten dalam membangun rantai pasok yang terukur, sehingga nilai tambah dapat dirasakan maksimal oleh pelaku usaha. Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal efisiensi biaya dan daya saing industri.
Kualitas SDM
China menekankan produktivitas tinggi dibandingkan hanya menyebut tenaga kerja murah. Untuk itu, Indonesia didorong meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, budaya kerja yang baik, dan regulasi yang mendukung.
Saat ini, Indonesia masih dalam tahap negosiasi dagang dengan AS. Meski ada tekanan untuk menghapus kebijakan non-tarif seperti Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), Indonesia tetap memiliki posisi tawar, salah satunya melalui produksi mainan populer asal AS yang dilakukan di dalam negeri.
Jika AS menerapkan tarif timbal balik, harga produk tersebut bisa melambung di pasar AS. Sementara itu, pemerintah AS direncanakan akan mengumumkan sejumlah kesepakatan dagang baru dalam waktu dekat.
0Komentar