![]() |
Militer Korea Utara menggelar latihan militer yang mensimulasikan serangan balik nuklir. Manuver ini dipantau langsung pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. (KCNA) |
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un kembali menarik perhatian dunia internasional setelah secara langsung mengawasi latihan militer yang mensimulasikan respons serangan nuklir. Latihan tersebut, yang dilaksanakan pada Kamis (8/5), menyoroti tekad Pyongyang untuk mempertahankan kekuatan nuklirnya dalam menghadapi ketegangan kawasan yang kian memanas.
Menurut media pemerintah Korea Utara, latihan ini melibatkan peluncuran berbagai jenis senjata, termasuk sistem roket peluncur ganda 600mm dan rudal balistik taktis Hwasong-11 (KN-23) yang diyakini mampu membawa hulu ledak nuklir.
Rudal-rudal itu dilaporkan menempuh jarak sekitar 800 kilometer sebelum jatuh di perairan Laut Timur, memperlihatkan jangkauan dan presisi sistem senjata strategis negara tersebut.
Kegiatan ini juga mencakup pemeriksaan sistem kendali "pemicu nuklir", sebuah sistem komando yang diklaim mampu memobilisasi persenjataan nuklir dengan cepat dalam kondisi darurat.
Kim Jong-un menegaskan pentingnya kesiapsiagaan dan efisiensi serangan presisi jarak jauh sebagai bagian dari doktrin pertahanan negaranya.
Sinyal kuat dari Korea Utara ini muncul di tengah rutinitas latihan militer gabungan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan di kawasan Semenanjung Korea — suatu hal yang kerap dituding Pyongyang sebagai ancaman langsung terhadap kedaulatan mereka. Dalam kacamata Korea Utara, latihan tersebut bukan sekadar latihan rutin, melainkan sebuah provokasi terbuka yang memicu eskalasi.
Yang juga menarik perhatian adalah dimensi geopolitik latihan ini. Korea Utara saat ini tidak lagi berdiri sendiri dalam memperkuat pertahanannya. Setelah penandatanganan perjanjian pertahanan bersama antara Pyongyang dan Moskow pada Juni 2024, hubungan militer kedua negara semakin erat.
Rusia bahkan secara terbuka menyatakan komitmennya untuk membantu Korea Utara jika terjadi serangan militer, suatu langkah yang membawa kembali aroma Perang Dingin dalam dinamika global saat ini.
Partisipasi pasukan Korea Utara dalam mendukung operasi Rusia di wilayah Kursk juga memperkuat aliansi ini. Keterlibatan langsung tersebut menandakan bahwa Korea Utara kini bukan hanya ancaman regional, tetapi juga bagian dari poros kekuatan baru yang menantang dominasi militer Barat.
Jika dilihat dari sudut pandang keamanan internasional, aksi ini menjadi pengingat bahwa dinamika nuklir di Semenanjung Korea tak bisa dilepaskan dari peta politik global.
Dengan kondisi geopolitik yang kian kompleks dan hubungan antarnegara yang semakin bersifat blok-blokan, setiap langkah militer seperti ini berpotensi menjadi pemicu krisis yang lebih luas.
0Komentar