Foto mesin drone yang disebarkan media Pakistan dan internasional pekan lalu. (Foto/medsos)

Sebuah laporan yang beredar luas menyebut bahwa mesin buatan Inggris digunakan dalam pesawat nirawak Israel yang ditembak jatuh di wilayah udara Pakistan. Pesawat tersebut diketahui diluncurkan dari India, memicu kekhawatiran baru tentang keterlibatan internasional dalam ketegangan bersenjata antara dua negara bertetangga yang bersenjata nuklir tersebut.

Informasi ini pertama kali muncul dari media Pakistan yang mengutip pernyataan resmi militer negara tersebut. Beberapa gambar yang dibagikan secara luas di media lokal dan internasional memperlihatkan kondisi utuh mesin pesawat nirawak yang telah berhasil dijatuhkan militer Pakistan.

Mesin tersebut dilaporkan memiliki tanda identifikasi yang menunjukkan bahwa komponen tersebut diproduksi oleh UAV Engines Ltd, sebuah perusahaan berbasis di Inggris. Perusahaan ini merupakan anak usaha dari Elbit Systems, salah satu kontraktor militer terbesar milik Israel.

Foto mesin yang beredar kemudian dianalisis oleh media Middle East Eye (MEE), yang mencocokkan citra tersebut dengan model mesin AR731 buatan UAV Engines Ltd. Mesin ini dikenal sebagai salah satu mesin putar dengan rasio daya terhadap berat tertinggi di dunia.

Meskipun MEE menyatakan bahwa mesin dalam foto dari Pakistan tampaknya identik dengan model AR731 yang dipasarkan UAV Engines Ltd, media tersebut tidak dapat melakukan verifikasi independen atas keaslian gambar dari lokasi kejadian.

Pejabat pemerintah India, yang tidak disebutkan namanya, mengonfirmasi kepada MEE bahwa setidaknya satu drone Israel yang diluncurkan dari wilayah India telah ditembak jatuh oleh pasukan Pakistan. Menurut klaim dari Islamabad, total 77 unit pesawat nirawak berhasil dijatuhkan oleh militer mereka dalam beberapa hari terakhir.

India diketahui mengoperasikan berbagai jenis drone buatan Israel, termasuk Harop – drone kamikaze produksi Israel Aerospace Industries (IAI) – serta SkyStriker, pesawat nirawak bunuh diri lainnya yang dikembangkan oleh Elbit Systems.

Media Pakistan The Express Tribune menyebut bahwa pihak militer mengonfirmasi bahwa sejumlah drone yang mereka hancurkan menggunakan mesin dari UAV Engines Ltd.

Sementara itu, dalam video yang menyebar di internet, seorang anak laki-laki terlihat membawa sebuah mesin drone yang diyakini sebagai salah satu komponen dari pesawat nirawak tersebut. Mesin itu tampak serupa dengan produk UAV Engines yang dikenal luas di sektor pertahanan.

Panduan teknis buatan UAV Engines Ltd dari sekitar satu dekade lalu mencantumkan bahwa mereka pernah memasok mesin kepada IAI, meskipun dalam dokumentasi yang lebih baru, tidak tercantum secara eksplisit perusahaan mana saja yang menjadi klien mereka.

MEE mencoba menghubungi Departemen Bisnis dan Perdagangan Inggris untuk menanyakan apakah mereka pernah mengeluarkan lisensi ekspor mesin UAV ke Israel maupun India, namun otoritas Inggris tersebut menolak memberikan komentar. UAV Engines Ltd juga belum memberikan tanggapan resmi terhadap permintaan klarifikasi.

Peristiwa ini menjadi sorotan karena terjadi di tengah meningkatnya kritik terhadap ekspor senjata Inggris ke wilayah konflik. Anggota parlemen dari Partai Buruh Inggris mengkritik pernyataan Menteri Bisnis Jonathan Reynolds, yang menyatakan bahwa Inggris tidak boleh "takut" menjual senjata ke India, meskipun ketegangan terus meningkat di kawasan Kashmir.

Anggota parlemen Partai Buruh Kim Johnson menyebut komentar menteri itu "mengkhawatirkan", mengingat Inggris tak bisa secara bersamaan menyuarakan keprihatinan atas konflik, namun juga terus mendorong penjualan senjata ke salah satu pihak.

Sementara itu, Jon Trickett, sesama anggota Partai Buruh, menegaskan bahwa Inggris seharusnya tidak memperkeruh konflik di Asia Selatan dengan keterlibatan dalam pengiriman senjata. Ia menambahkan bahwa langkah semacam itu dapat berdampak serius terhadap kepentingan nasional Inggris di mata dunia.

Di sisi lain, meskipun Pakistan telah mengungkap keterlibatan mesin buatan Inggris dalam insiden drone ini, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif pada Sabtu lalu justru menyampaikan terima kasih kepada Inggris – bersama sejumlah negara lain – atas peran mereka dalam membantu terwujudnya kesepakatan gencatan senjata dengan India.

Ketegangan militer antara India dan Pakistan meningkat secara signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Namun, setelah empat hari saling serang yang intens – termasuk penembakan dan serangan udara – kedua negara akhirnya menyetujui gencatan senjata.

Pertemuan tingkat tinggi antara pejabat militer India dan Pakistan dijadwalkan berlangsung pada Senin, untuk membahas rincian teknis dari perjanjian gencatan senjata tersebut.

Perlu diketahui, dalam satu dekade terakhir, India telah mengimpor perlengkapan militer senilai hampir USD 3 miliar dari Israel. Impor tersebut mencakup radar, drone pengintai dan tempur, serta sistem rudal. 

Kolaborasi militer India-Israel juga mencakup kerja sama produksi dengan perusahaan seperti Adani Group, konglomerat milik miliarder Gautam Adani, yang dilaporkan memiliki fasilitas produksi bersama dengan Elbit Systems.

Sementara itu, Inggris menghadapi tekanan yang semakin kuat dari organisasi hak asasi manusia atas ekspor senjatanya ke Israel. Pada September lalu, Inggris telah menangguhkan 30 lisensi ekspor senjata ke Israel, tetapi data terbaru menunjukkan bahwa berbagai komponen militer, termasuk suku cadang untuk jet tempur F-35, masih terus dikirim ke negara tersebut.

Pekan ini, Departemen Bisnis dan Perdagangan Inggris kembali menjadi sorotan setelah organisasi hak asasi Palestina, Al-Haq, mengajukan gugatan ke pengadilan tinggi terkait pengiriman suku cadang F-35 ke Israel. 

Kasus ini berpotensi membuka kembali perdebatan tentang peran Inggris dalam konflik global dan kepatuhan terhadap hukum internasional.

Insiden drone Israel yang ditembak jatuh di Pakistan, dengan dugaan penggunaan mesin buatan Inggris, kini menjadi sorotan dunia internasional. Isu ini memunculkan pertanyaan penting tentang keterlibatan industri pertahanan global dalam konflik regional yang kompleks dan berisiko tinggi.