Menlu Iran Abbas Araghchi (dok. Reuters)

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengkritik Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang disebutnya berusaha melibatkan Amerika Serikat dalam konflik yang berpotensi membawa bencana di kawasan Timur Tengah. Melalui pernyataan di platform media sosial X, Araghchi menuduh Netanyahu mencampuri urusan dalam negeri AS demi kepentingan geopolitik Israel.

Ia juga memperingatkan pemerintah Israel untuk tidak melakukan kesalahan strategis terhadap Teheran. Menurutnya, Netanyahu mencoba mempengaruhi kebijakan Presiden Donald Trump, terutama terkait pendekatan diplomatik terhadap Iran.

Komentar tersebut disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan akibat perang Israel-Hamas yang dimulai Oktober 2023, serta respons militer AS terhadap kelompok Houthi di Laut Merah yang dianggap mendukung serangan terhadap kepentingan Israel.

Araghchi mengecam dukungan Washington terhadap Israel, menyebutnya tidak membawa manfaat bagi rakyat Amerika dan justru memperparah instabilitas kawasan.

Pernyataan ini muncul tak lama setelah pembatalan putaran terbaru perundingan nuklir antara Iran dan AS yang dijadwalkan pada 3 Mei lalu. 

Sejak 12 April, kedua negara telah menggelar tiga putaran dialog dengan mediasi Oman—sebuah langkah penting setelah AS mundur dari kesepakatan nuklir pada 2018 di era Trump.

Netanyahu tetap pada pendiriannya bahwa program nuklir Iran harus dibongkar total demi mencegah produksi senjata nuklir dan pengembangan rudal. 

Sementara itu, Trump baru-baru ini menyatakan hanya akan menerima penghentian total program nuklir Iran, namun terbuka untuk diskusi tentang penggunaannya bagi kebutuhan sipil.

Teheran bersikukuh bahwa program nuklirnya bertujuan damai dan untuk kepentingan energi, bukan pengembangan senjata. 

Araghchi menutup pernyataannya dengan menekankan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai kesepakatan adalah lewat diplomasi yang didasarkan pada saling menghormati dan kepentingan bersama.