Dibalik bantuan miliaran dolar, AS kini panen harta karun Ukraina?

.

Foto: Pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat (28/2/2025) berakhir dengan ketegangan yang luar biasa di Gedung Putih. (AP Photo/Ben Curtis)

Amerika Serikat dan Ukraina akhirnya menandatangani perjanjian penting terkait pemanfaatan sumber daya mineral strategis. Kesepakatan yang telah melalui proses panjang ini memberikan akses khusus bagi Washington terhadap berbagai komoditas vital Ukraina, termasuk mineral tanah jarang, minyak, gas alam, hingga bahan tambang strategis lainnya. Sebagai imbalannya, AS akan membentuk dana investasi untuk mendukung rekonstruksi Ukraina setelah perang.

Langkah ini dipandang sebagai realisasi dari komitmen Presiden AS Donald Trump dalam memperoleh “timbal balik yang nyata” atas bantuan finansial besar yang telah disalurkan ke Kyiv sejak invasi Rusia dimulai pada 2022.

“Ini adalah pernyataan tegas bahwa Pemerintahan Trump mendukung perdamaian jangka panjang yang berlandaskan kedaulatan dan kemakmuran Ukraina,” ungkap Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam keterangannya kepada CNBC International, Jumat (2/5/2025).

Sejak kembali menjabat awal tahun ini, Presiden Trump secara terbuka mendorong kerja sama ekonomi baru dengan Ukraina, terutama dalam sektor sumber daya alam. Ia menyatakan bahwa perjanjian ini merupakan bentuk “imbalan” atas miliaran dolar yang telah dikeluarkan pemerintah AS untuk mendukung pertahanan Ukraina.

“Saya ingin ada hasil. Saya tidak ingin AS terlihat lemah di mata dunia,” ujarnya. Trump juga mengonfirmasi bahwa kesepakatan tersebut dibicarakan langsung bersama Presiden Volodymyr Zelensky saat keduanya menghadiri pemakaman Paus Fransiskus pekan lalu.

Posisi Ukraina

Menteri Pembangunan Ekonomi dan Perdagangan Ukraina, Yulia Svyrydenko, menegaskan bahwa perjanjian ini tidak mengurangi kedaulatan Ukraina. Lewat pernyataan di media sosial X, ia menyebut bahwa pengelolaan sumber daya tetap berada di tangan Ukraina, baik dari segi lokasi maupun jenis ekstraksi.

"Perjanjian ini menunjukkan bahwa Ukraina adalah mitra strategis yang dapat diandalkan. Ini menjadi sinyal bagi dunia bahwa investasi jangka panjang di Ukraina adalah pilihan yang aman dan menjanjikan," kata Svyrydenko. Ia menambahkan bahwa dana investasi akan dikelola bersama secara seimbang, dengan kepemilikan dan hak suara yang setara antara kedua negara.

Namun demikian, sejumlah pengamat menilai perjanjian ini menempatkan Ukraina dalam posisi yang lebih lemah secara politis. Ed Verona, peneliti senior dari Atlantic Council’s Eurasia Center, menyampaikan kekhawatirannya bahwa Ukraina mungkin terpaksa menerima syarat-syarat yang membuatnya tampak seperti mitra junior atau bahkan wilayah semi-kolonial.

“Masih ada banyak pertanyaan yang menggantung: apakah kesepakatan ini perlu ratifikasi parlemen, apakah bisa diamendemen, dan seberapa besar minat investor terhadap proyek berskala besar dengan risiko tinggi seperti ini,” ujarnya.

Verona juga mengingatkan bahwa pengalaman di masa lalu, seperti kegagalan perjanjian sumber daya Rusia pada era 1990-an, bisa menjadi pelajaran berharga. Menurutnya, investor AS kemungkinan akan berhati-hati dalam mengalokasikan modal untuk skema yang dinilai berat sebelah.

“Saya ragu ada banyak investor besar yang bersedia menempatkan uang mereka dalam perjanjian yang tampak tidak seimbang seperti ini,” pungkasnya.

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama