![]() |
| Gambar Lapangan Merah (Red Square) di Moskwa, Rusia, dengan Katedral Saint Basil yang ikonik terlihat di sebelah kiri. | Pexels/Enrique |
Wisatawan Tiongkok mulai mengalihkan rencana perjalanan musim dingin mereka ke Rusia setelah pemerintah Beijing mengeluarkan peringatan perjalanan terhadap Jepang pada pertengahan November 2025.
Pergeseran ini terlihat dari lonjakan pemesanan hotel di Rusia yang naik lebih dari 50 persen secara tahunan dalam dua minggu yang berakhir 24 November, untuk periode menginap pada Desember, menurut data China Trading Desk.
Platform perjalanan Tiongkok Fliggy turut mencatat pemesanan penerbangan ke Rusia yang hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kebijakan tersebut berlaku setelah Kementerian Luar Negeri China pada 14 November mengimbau warganya menghindari perjalanan ke Jepang, menyusul pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi pada 7 November bahwa militer Jepang mungkin akan melakukan intervensi jika China menyerang Taiwan.
Krisis diplomatik tekan arus wisata ke Jepang
Peringatan itu memicu gelombang pembatalan perjalanan ke Jepang. Laporan CNN menyebut sekitar 491.000 tiket pesawat dibatalkan, sementara 30 persen dari total 1,44 juta perjalanan yang direncanakan hingga akhir tahun akhirnya ditarik.
Kerugian ekonomi bagi Jepang diperkirakan mencapai US$1,2 miliar hingga Desember, dan bisa meningkat menjadi US$11 miliar jika boikot berlanjut hingga 2026, menurut analisis China Trading Desk dan Nomura Research Institute.
Selama 10 bulan pertama 2025, China tercatat menyumbang 23 persen dari total pengunjung internasional Jepang, menjadi pasar wisata terbesar bagi negara tersebut. Industri pariwisata Jepang kini menghadapi tekanan permintaan yang signifikan sepanjang musim dingin.
“Bagi wisatawan yang awalnya mempertimbangkan Hokkaido untuk salju dan aktivitas luar ruang, relatif mudah menggantikannya dengan produk musim dingin Rusia karena iklim dan aktivitasnya mirip,” ujar CEO China Trading Desk Subramania Bhatt dalam keterangannya.
Rusia manfaatkan momentum
Rusia bergerak cepat memanfaatkan perubahan arus wisata ini. Presiden Vladimir Putin pada 18 November menyatakan bahwa kebijakan bebas visa bagi warga Tiongkok akan diterapkan “dalam waktu sangat dekat.”
China sebelumnya telah lebih dulu memberikan izin masuk bebas visa 30 hari bagi warga Rusia sejak 15 September, yang menurut laporan VisaHQ dan TV BRICS mendorong kenaikan 40 persen kedatangan wisatawan Rusia ke China.
Pertukaran wisata Rusia–Tiongkok diproyeksikan mencapai 3,5 juta perjalanan pada 2025, atau naik 30 persen dari tahun lalu. Selama festival belanja Double 11, permintaan wisata ke kawasan Murmansk, termasuk aktivitas melihat aurora borealis menembus penjualan lebih dari 2 juta yuan.
Destinasi alternatif di Asia Tenggara
Di sisi lain, negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam melaporkan peningkatan pemesanan 20–30 persen dari wisatawan Tiongkok yang mengalihkan perjalanan dari Jepang. Korea Selatan juga muncul sebagai salah satu tujuan paling diminati, menurut laporan Travel and Tour World dan Evrim Ağacı.
Laporan China Daily menyebut lonjakan perjalanan ini terjadi seiring wisatawan Tiongkok berupaya mendiversifikasi destinasi musim dingin di tengah meningkatnya tensi geopolitik Beijing–Tokyo.

0Komentar