Ukraina menerima komitmen bantuan pertahanan baru senilai US$1,1 miliar dari sekutu NATO untuk memperkuat sistem militernya di tengah perang dengan Rusia. (Defense Neews)

Ukraina mengamankan lebih dari US$1,1 miliar dalam komitmen pertahanan baru dari sekutu-sekutu NATO. Kesepakatan itu diumumkan pada pertemuan Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina yang digelar di markas NATO, Brussels, pada Selasa (15/10), dan dihadiri oleh menteri pertahanan dari lebih 50 negara. 

Langkah ini menunjukkan dukungan militer Barat yang masih solid ketika perang Rusia–Ukraina memasuki tahun ketiga.

Paket bantuan tersebut mencakup dua jalur utama. Sebesar US$422 juta dialokasikan melalui program NATO Priority Needs List for Ukraine (PURL), yang memungkinkan sekutu membeli senjata Amerika Serikat untuk Ukraina. 

Tambahan US$715 juta ditujukan untuk pengadaan dari industri pertahanan dalam negeri Ukraina guna memperkuat kapasitas produksi senjata lokal.

Norwegia menjadi penyumbang terbesar dengan komitmen US$600 juta untuk drone, sistem peperangan elektronik, dan bahan peledak. Belanda menjanjikan US$106 juta untuk drone serang dan pengintaian, sementara Kanada mengumumkan US$8 juta untuk drone pencegat. 

Islandia menambah US$4 juta lewat mekanisme pengadaan Denmark. Swedia menonjol dengan bantuan bilateral senilai US$8 miliar untuk periode 2026–2027. 

Selain itu, Republik Ceko berkomitmen US$72 juta, Kanada menambah US$20 juta untuk peralatan musim dingin dan komponen rudal, dan Portugal menyumbang US$12 juta melalui Dana Internasional Inggris untuk Ukraina.

Pertemuan di Brussels juga menandai lonjakan partisipasi dalam program PURL, dari enam menjadi 17 negara hanya dalam satu hari. Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menyebut lebih dari setengah dari 32 anggota aliansi kini telah ikut berkontribusi dalam pembelian senjata bagi Ukraina.

“Pertumbuhan partisipasi ini menunjukkan solidaritas nyata di antara sekutu,” ujar Rutte dalam konferensi pers. “Kita tahu betapa pentingnya bantuan ini bagi pertahanan Ukraina di musim dingin yang akan datang.”

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Pete Hegseth, yang hadir langsung untuk pertama kalinya sejak Februari, menyebut peningkatan kontribusi itu sebagai sinyal luar biasa. Ia menegaskan, “Amerika Serikat akan terus memimpin, tapi kemenangan Ukraina membutuhkan komitmen bersama dari semua sekutu.”

Menteri Pertahanan Ukraina Denys Shmyhal menyampaikan bahwa negaranya membutuhkan sekitar US$120 miliar untuk anggaran pertahanan pada 2026. 

Kyiv berencana menanggung separuhnya melalui sumber daya nasional, sementara sisanya diharapkan berasal dari mitra internasional. Sebagian besar dana bantuan akan difokuskan pada sistem pertahanan udara, amunisi artileri, dan penguatan industri pertahanan domestik menjelang musim dingin.

Laporan dari Kiel Institute for the World Economy di Jerman sebelumnya mencatat penurunan 43% dalam bantuan militer untuk Ukraina selama Juli–Agustus 2025 dibandingkan paruh pertama tahun ini. 

Karena itu, gelombang komitmen baru ini dipandang sebagai upaya menutup kekurangan sekaligus memastikan kesiapan Kyiv menghadapi potensi serangan udara Rusia terhadap infrastruktur energi pada akhir tahun.

Menurut laporan resmi NATO, dukungan terbaru juga membuka jalur kerja sama baru di bidang pengadaan amunisi, pertahanan siber, dan pelatihan pasukan Ukraina di luar negeri mulai awal 2026.