Foto: kantor Nvidia di Pune. (Wikimedia Commons)

Nvidia menorehkan sejarah baru pada Rabu (29/10) pagi waktu AS setelah valuasi pasarnya menembus angka US$5,05 triliun, menjadikannya perusahaan pertama di dunia yang mencapai level tersebut. Saham produsen chip asal California ini naik lebih dari 3% saat pembukaan perdagangan, setelah sempat diperdagangkan di harga US$207,80 di sesi pra-pasar.

Kenaikan tajam ini datang hanya tiga bulan setelah Nvidia menembus valuasi US$4 triliun pada Juli 2025, menunjukkan kecepatan pertumbuhan nilai pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya di industri teknologi. 

Lonjakan tersebut mencerminkan permintaan masif terhadap infrastruktur kecerdasan buatan (AI) yang menjadi tulang punggung berbagai sektor ekonomi digital.

Katalis utama kenaikan harga saham ini datang dari serangkaian pengumuman besar oleh CEO Jensen Huang dalam konferensi GTC Nvidia di Washington, D.C., Selasa (28/10). Dalam pidato utamanya, Huang menyebut perusahaan tengah memproyeksikan pesanan chip AI senilai US$500 miliar, serta rencana pembangunan tujuh superkomputer AI untuk Departemen Energi Amerika Serikat.

“Kami tidak dapat mencapai apa yang kami lakukan tanpa jaringan mitra Nvidia,” ujar Huang di panggung GTC, menekankan bahwa perusahaan kini berada di tengah “siklus yang baik” dalam pengembangan AI.

Selain itu, Huang mengumumkan serangkaian kemitraan lintas industri:

Uber, yang akan mengembangkan armada kendaraan otonom sebanyak 100.000 unit pada 2027.

Nokia, menerima investasi US$1 miliar untuk pengembangan teknologi 6G.

Oracle dan Palantir, yang akan bekerja sama dengan Nvidia untuk membangun infrastruktur AI skala besar.


Jaringan kemitraan strategis ini memperluas pengaruh Nvidia jauh di luar sektor semikonduktor, memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam transformasi ekonomi berbasis AI.

Kabar positif bagi Nvidia bertambah setelah Presiden Donald Trump menyatakan pada Rabu (29/10) bahwa ia berencana membahas chip AI Blackwell milik Nvidia dengan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan mereka di Washington pada Kamis (30/10).

Trump menyebut prosesor Blackwell sebagai “chip super duper”, dan menegaskan bahwa Amerika Serikat “sekitar satu dekade lebih maju dari siapa pun dalam hal chip.”

Potensi pelonggaran pembatasan ekspor chip ke China bisa menjadi angin segar bagi Nvidia. Sebelumnya, pasar China menyumbang sekitar 13% dari total pendapatan perusahaan. 

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, Beijing diketahui mendorong perusahaan lokal untuk tidak membeli produk Nvidia. Huang sendiri mengakui bahwa “China telah memperjelas bahwa mereka tidak menginginkan Nvidia berada di sana saat ini.”

Dengan valuasi baru ini, nilai pasar Nvidia kini melampaui gabungan pesaing utamanya seperti Intel, AMD, dan Broadcom. Saham Nvidia telah naik lebih dari 50% sepanjang 2025, dan melonjak sekitar 1.500% dalam lima tahun terakhir, sementara indeks S&P 500 hanya naik 17% tahun ini.

Meski beberapa analis dan regulator, termasuk pejabat Bank of England yang dilansir CNN, mulai memperingatkan potensi “gelembung AI”, sebagian besar pengamat menilai valuasi Nvidia masih bisa dijustifikasi. Dalam laporan keuangan terakhirnya, perusahaan mencatat laba bersih hampir US$26 miliar hanya dalam satu kuartal.