![]() |
| Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menugaskan tim Lemigas untuk menyelidiki laporan kerusakan ratusan kendaraan di Jawa Timur yang diduga terjadi setelah pengisian Pertalite. (JPNN/Irfan) |
Sedikitnya 162 kendaraan di Jawa Timur dilaporkan mengalami kerusakan mesin setelah mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite. Kejadian ini memicu langkah cepat dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Pertamina yang langsung turun tangan melakukan pemeriksaan menyeluruh.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengerahkan tim Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) untuk verifikasi lapangan pada Rabu (29/10/2025).
Tim Lemigas bergerak setelah laporan soal motor dan mobil yang “brebet” usai mengisi Pertalite merebak di berbagai wilayah Jawa Timur, mulai dari Bojonegoro, Tuban, Surabaya, hingga Gresik.
Dari data Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, total 162 kendaraan terdampak terdiri dari 155 sepeda motor dan 7 mobil. Bojonegoro menjadi wilayah dengan keluhan tertinggi sebanyak 59 kasus, disusul Tuban 44 kasus, dan Surabaya 23 kasus.
“Saya sudah turunkan timnya, nanti mungkin sore saya balik sudah bisa dapat laporannya,” ujar Bahlil Lahadalia saat dikonfirmasi terkait penurunan tim investigasi.
Ia menyebut pemeriksaan dilakukan di bawah koordinasi Lemigas untuk memastikan apakah ada masalah pada kualitas Pertalite di lapangan.
Inspeksi langsung dilakukan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, di dua SPBU, yakni SPBU 54.601.79 Jalan Kayoon Surabaya dan SPBU 53.611.01 Gresik. Hasil pemeriksaan awal menggunakan uji pasta air dan uji visual tidak menemukan tanda-tanda adanya air atau kontaminan lain dalam bahan bakar.
“Artinya, dari dua SPBU yang kita kunjungi hari ini tidak ditemukan adanya free water atau air yang tercampur di dalam BBM,” kata Laode di Surabaya, dikutip dari Antara Jatim.
Ia menjelaskan, pasta khusus yang dioleskan pada sampel bahan bakar tetap berwarna kuning, menandakan tidak ada air. Jika terkontaminasi, warna pasta akan berubah merah.
Sementara itu, di lapangan, sejumlah warga dan mekanik turut melaporkan gejala serupa. Suliswanto, mekanik di Bojonegoro, mengatakan motor pelanggan kembali normal setelah busi diganti dan bahan bakar dikuras.
“Setelah diganti busi dan bahan bakarnya dikuras, performa motor normal lagi. Tapi kalau masih pakai bensin yang sama, ya brebet lagi,” ujarnya dikutip dari CNBC Indonesia.
Kasus serupa juga dialami Erika, warga Wonokromo Surabaya. “Baunya aneh, kayak bukan BBM asli. Setelah saya isi Pertamax, baru normal,” tuturnya kepada Times Surabaya.
Menanggapi keluhan massal ini, Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus membuka 17 posko pengaduan di seluruh Jawa Timur, meningkat dari 15 posko sebelumnya. Delapan posko berada di Surabaya dan Sidoarjo, sementara sisanya tersebar di Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, dan Kediri.
Area Manager Communication Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Ahad Rahedi, menegaskan bahwa seluruh proses distribusi BBM telah sesuai dengan standar operasional, termasuk pengujian laboratorium sebelum disalurkan.
“Hasil uji dari Terminal BBM Tuban dan Surabaya menunjukkan bahan bakar masih sesuai spesifikasi,” ujarnya.
Pertamina juga memastikan akan menanggung biaya perbaikan kendaraan jika terbukti rusak akibat bahan bakar bermasalah. Konsumen dapat melapor melalui posko pengaduan, Pertamina Contact Center 135, email [email protected], atau direct message ke akun Instagram @pertamina.135.

0Komentar